"Tiga kali dapat pekerjaan, tapi selalu saja ada kendala dan saya memilih keluar. Kendalanya, misalnya kerjaan yang harus saya kerjakan enggak jelas, terus beberapa karyawan ada yang enggak jujur, kan ya bikin tidak nyaman," ujarnya.
Usaha dari nol
Rulli akhirnya membulatkan tekad dan memberanikan diri meraih mimpinya dengan kembali membangun usaha sablon sendiri dari nol.
Apalagi, dirinya sudah mempunyai bekal ilmu yang cukup mumpuni tentang sablon.
Ia mulai mengumpulkan alat-alat sablon lama yang masih bisa digunakan. Sebab modal yang ada tidaklah banyak.
"Setelah istri melahirkan, saya pilih ngekos, sekalian buka sablon dan kebetulan ada tabungan saat di Bali dulu. Kamar kos 3x6 saya bagi, untuk kerja dan tidur," tuturnya.
Penghasilan dari buka sablon sendiri ini, menurut Rulli, sudah lumayan bisa untuk hidup. Bahkan ia bisa menabung meski tidak banyak.
"Lumayan sebulan dapat Rp2,4 juta sampai Rp2,5 juta. Bagi saya dapat segitu hidup di Yogya sudah aman, bisa nabung sedikit-sedikit," ucapnya.
Seiring berjalannya waktu, Rulli bertemu dengan seseorang yang dahulu menjadi pelanggan di tempatnya bekerja.
Orang tersebut ternyata sedang membuka usaha sablon. Karena orderannya banyak, maka beberapa diberikan agar dikerjakan oleh Rulli.
"Ada customer yang mencari karena tahu saya buka sendiri, lalu bertemu dengan tukang jahit langganan saya. Tukang jahit ini yang mempertemukan saya, ya akhirnya diberikan orderan," katanya.
Melihat orderan yang datang semakin banyak, Rulli bersama penjahit langganannya lantas berkolaborasi dengan mengontrak di Selatan Madukismo, Bantul.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR