Advertorial

Dapatkah Artificial Intelligence Sadar Akan Eksistensinya? Bagaimana Manusia Mengetahuinya?

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com- Dengan kecerdasan buatan, mesin-mesin ini dapat berkeliling mengendarai mobil sendiri, memasak, membersihkan, mencuci pakaian, bahkan menemani manusia ketika tidak ada lagi manusia di sekitarnya.

Mesin memang dapat meringankan beban pekerjaan manusia, namun dapat juga mengguncang fondasi masyarakat.

Kesadaran mesin akan dirinya, lebih jauh, bahkan nimbulkan masalah hukum dan etika.

Apakah mesin sadar menjadi "orang" di bawah hukum dan bertanggung jawab jika tindakannya menyakiti seseorang?

Baca Juga:Tanpa Sadar, Ternyata Kita Sering Menyebut Nama Dewa-Dewa Pagan Tiap Hari

Baca Juga:Pesona Matano, Danau Terdalam di Asia Tenggara

Mungkinkah mesin-mesin ini memberontak melawan manusia dan ingin menghilangkan kita sama sekali? Jika ya, mereka mewakili puncak evolusi.

Dilansir pada sciencealert.com, sebagian besar ilmuwan komputer berpikir bahwa kesadaran adalah karakteristik yang akan muncul saat teknologi berkembang.

Beberapa ilmuwan percaya bahwa kesadaran melibatkan penerimaan informasi baru, menyimpan dan mengambil informasi lama dan pemrosesan kognitif dari semuanya menjadi persepsi dan tindakan.

Jika itu benar, maka mesin satu hari pasti akan memiliki kesadaran tinggi atas eksistensinya.

Baca Juga:Sukses Tur Sains, Profesor Brian Cox Kini Ditahbiskan sebagia Pemegang Rekor Dunia 'Rockstar Scientist'

Baca Juga:[Video] Konyol Sekali, Ingin Menghindari CCTV Pencuri Ini Menyamar Jadi Hantu, Beginilah Penampakan dan Nasibnya Kemudian

Mereka dapat mengumpulkan lebih banyak informasi daripada manusia, menyimpan lebih banyak dari banyak perpustakaan, mengakses database yang luas dalam milidetik dan menghitung semuanya menjadi keputusan kompleks yang logis.

Namun, seorang fisikawan dan filsuf mengatakan ada keistimewaan manusia yang tidak dapat ditiru oleh mesin: kreativitas.

Kreativitas dan rasa kebebasan yang dimiliki manusia tidak berasal dari logika atau perhitungan.

Pandangan Kuantum

Menurut tafsiran Kopenhagen ortodoks, kesadaran dan dunia fisik merupakan aspek pelengkap dari realitas yang sama.

Baca Juga:Akhirnya Terkuak Misteri Kapal 'Hantu' Penuh Mayat dari Korea Utara yang Terdampar di Jepang!

Baca Juga:Surat Adolf Hitler kepada Max Born, Bapak Mekanika Kuantum yang Hari Ini Muncul di Google Doodle

Interpretasi ini dapat disebut sebagai pandangan "big-C," di mana hal itu ada pada dirinya sendiri - walaupun hal itu membutuhkan otak untuk menjadi nyata.

Pandangan ini populer dengan pelopor teori kuantum seperti Niels Bohr, Werner Heisenberg dan Erwin Schrödinger.

"Litle-C" adalah pandangan yang berlawanan, bahwa kesadaran muncul dari biologi, sama seperti biologi itu sendiri muncul dari kimia yang, pada gilirannya, muncul dari fisika.

Ini sesuai dengan pandangan para ilmuwan bahwa proses pikiran identik dengan keadaan dan proses otak.

Ada kemungkinan fenomena kesadaran membutuhkan sistem pengorganisasian sendiri, seperti struktur fisik otak.

Sehingga, hanya tubuh biologis yang dapat memiliki cukup kreativitas dan fleksibiltas.

Baca Juga:Meski Terlahir Tanpa Penis, Andrew Wardle Nyatanya Berhasil Menyenangkan Lebih dari 100 Perempuan

Artikel Terkait