Kerajaan Inggris menyadari, bangsa Yahudi yang tinggal di AS merupakan para penguasa ekonomi dan politik sehingga jika Inggris bisa memanfaatkan bangsa Yahudi yang ada di Palestina, Pemerintah AS bisa dipastikan akan tergerak serta memberikan bantuan.
Tanpa berpikir panjang Inggris kemudian mengeluarkan Deklarasi Balfour untuk penentuan nasib orang Yahudi di Palestina.
(Baca juga: Misteri Kubah Batu Yerusalem: Sumur Jiwa, Pusat Dunia, dan Tempat Disimpannya Tabut Perjanjian)
Deklarasi yang terkesan dibuat secara tergesa dan cenderung lebih mengutamakan keberadaan orang Yahudi itu, tanpa disadari oleh Inggris, ternyata menjadi pemicu masalah rumit dan berakibat panjang hingga sekarang ini.
Materi dari Deklarasi Balfour itu antara lain Inggris berjanji akan memberikan bantuan bagi terwujudnya negara merdeka bagi kaum Yahudi di Palestina.
Sebagai penguasa atas Palestina, saat itu Inggris secara politik memang bisa mewujudkan berdirinya negara bagi kaum Yahudi tanpa merugikan hak-hak warga Arab-Palestina.
Deklarasi Balfour itu jelas merupakan angin segar bagi kaum Yahudi dan dianggap sebagai janji atau komitmen bagi terwujudnya tanah air bagi mereka.
Sedangkan, bagi warga Arab Palestina sendiri Deklarasi Balfour itu diyakini tidak akan mengganggu domisili wilayahnya meskipun imigrasi kaum Yahudi makin bertambah banyak.
Suatu keyakinan yang secara politik ternyata merugikan warga Arab Palestina di kemudian hari.
(Baca juga: Israel Pindahkan Ibukota ke Yerusalem, Tugas Pasukan PBB Asal Indonesia pun Makin Berat)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR