Ketika pertempuran berakhir pada 1949, perbatasan gencatan senjata yang sering disebut Jalur Hijau karena digambar dengan tinta hijau terlihat Israel menguasai bagian barat dan Jordania menguasai bagian timur, termasuk Kota Tua Jerusalem yang terkenal.
Pada perang enam hari di 1967, Israel menempati Jerusalem Timur. Sejak itu, seluruh kota berada di bawah kekuasaan Israel.
Namun, rakyat Palestina dan komunitas internasional terus berupaya agar Jerusalem Timur menjadi ibu kota masa depan Palestina.
Sebanyak 850.000 orang tinggal di Jerusalem yang terdiri dari 37 persen orang Arab dan 61 persen orang Yahudi.
Populasi orang Yahudi termasuk 200.000 Yahudi Ortodoks, sementara orang Arab Kristen hanya 1 persen dari populasi.
Kebanyakan warga Palestina tinggal di Jerusalem Timur yang juga bertetangga dengan Israel dan Arab di Jerusalem.
Sebelum 1980, banyak negara yang menempatkan duta besarnya di Jerusalem, termasuk Belanda dan Kosta Rika.
Namun, pada Juli 1980, Israel melanggar kesepakatan dengan mendeklarasikan Jerusalem sebagai ibu kotanya.
Dewan Keamanan PBB mengecam pencaplokan Israel terhadap Jerusalem Timur dan menyatakan sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional.
Pada 2006, Kosta Rika dan El Savador menjadi negara terakhir yang memindahkan kedubesnya dari Jerusalem dan bergabung dengan 84 negara lainnya yang menempatkan kedubes di Tel Aviv.
Namun, beberapa negara masih memiliki konsulat di Jerusalem, termasuk AS, yang berada di sisi barat kota itu.
Negara lain, seperti Inggris dan Perancis, memiliki konsulat di sisi timur Jerusalem.
(Veronika Yasinta)
Artikel ini sudah tayang di kompas.com dengan judul “Mengapa Pengakuan Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel Sangat Kontroversial?”
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR