“Biasanya batang pohon pisang akan ditinggalkan begitu saja pascapanen. Demikian juga dengan pare yang terbuang sia-sia ketika pasokan melimpah, dan harga jual menurun. Limbah keduanya kan menumpuk dan berpotensi mencemari lingkungan sekitar jika tidak dimanfaatkan,” jelas Ismi.
Ismi bersama tiga rekannya yaitu Suwasdi, Sulistyani dan Ahmad Fahrudin, mulai melakukan penelitian sejak beberapa bulan lalu.
(Baca juga: Unik! Universitas Ini Gelar Perkuliahan Khusus untuk Siapkan Mahasiswanya dalam Hadapi Alien)
Hasilnya tak sia-sia karena penelitian mereka lolos dalam seleksi Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian Untidar.
Efisiensi penanganan luka dan tidak memiliki efek samping menjadi keunggulan obat herbal tersebut.
"Dengan spray ini mudah diaplikasikan, tinggal semprot pada bagian yang luka. Obat ini juga tidak akan meninggalkan bekas luka," imbuhnya.
Suwasdi, anggota Tim PKMP Untidar, menambahkan penelitian spray anti inflamasi ini memakan waktu sekitar tiga bulan saja.
Sebagai objek penelitian, mereka menggunakan 18 ekor tikus putih karena genetiknya hampir sama dengan manusia.
"Kami ambil sampel beberapa tikus yang terluka, lalu disemprot dengan Spray Gapipa dan hasilnya luka pada tikus itu sembuh bahkan hilang dan tidak meninggalkan bekas," ujarnya.
Saat ini mereka sedang proses mengajukan ijin ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Semarang supaya ke depan spray Gapipa bisa dijual ke pasaran dengan aman.
(Ika Fitriana)
Artikel ini sudah tayang di kompas.com dengan judul “Ramu Getah Pisang dan Pare, Mahasiswa Magelang Buat Antiseptik Herbal”
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR