Advertorial
Intisari-Online.com – Dua orang penantang maut (daredevil) mempertunjukkan aksinya yang luar biasa.
Mereka terbang di udara lalu melompat ke dalam pesawat yang sedang terbang di atas pegunungan Alpen di Swiss.
Dua daredevil itu adalah Fred Fugen dan Vince Reffet.
(Baca juga: Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)
Dalam video terlihat mereka berdiri di atas ketinggian 3.962,4 meter dengan memakai wingsuit.
Setelah itu mereka terbang ke udara dengan kecepatan 136,79 km per jam mendekati sebuah pesawat.
Terlihat kedua daredevil itu masing-masing melayang di dekat sayap pesawat.
Tidak berapa lama kemudian mereka mendekati badan pesawat yang pintunya terbuka.
Dan, hup, merekapun melompat masuk ke dalam pesaawat.
Dilansir dari situs Mail Online, Rabu (29/11), Fugen dan Reffet melakukan aksi itu untuk merayakan 20 tahun daredevil pendahulunya Patrick de Gayardon.
Patrick de Gayardon terlihat melompat keluar dari pesawat dengan memakai sebuah wingsuit sebelum terbang masuk kembali ke dalam pesawat.
(Baca juga: Nekat! Minim Data Intelijen, Pasukan Kostrad Ini Tetap Berani Terjun di Belantara Papua saat Operasi Trikora)
Dalam melakukan aksinya, Fugen dan Reffet memasang kamera di kepala untuk aksi mereka yang mendebarkan itu.
Dengan demikian setiap aksinya terekam dalam video.
Dalam video terlihat mereka terbang dari gunung Jungfrau di Swiss dengan wingsuitnya.
Mereka menunggu hingga pesawat terbang di atas pegunungan itu.
Lalu kedua meluncur ke udara dengan cepat sementara pesawat melakukan posisi manuver.
Hubungan dengan pilot dilakukan dengan menggunakan sistem tekan-bicara dan video memperlihatkan mereka terbang di bawah pesawat.
Setelah itu mereka mendekati pintu pesawat yang terbuka dan melompat ke dalamnya secara bergantian.
Ketika mereka kembali mendarat, mereka berkata: “Itu adalah proyek paling hebat dalam karir kami. Anda butuh keterampilan, fokus, dan juga banyak kerja keras.”
(Baca juga: Demi Hancurkan 60 Ranpur Lawan, Pilot Tempur AURI Ini Nekat Jatuhkan Pesawatnya)
Mereka menambahkan bahwa mereka memastikan keamanan pesawat sehingga mereka tidak melukai diri sendiri saat bersentuhan.
Mereka juga mengusahakan parasutnya tidak terbuka terlalu cepat bila bertumbukan dengan pesawat.
“Namun, risiko terbesarnya adalah ketika kami melompat dari puncak tebing. Itu sebabnya kami banyak berlatih sebelum naik ke gunung. Total kami terbang dengan pesawat hingga 20 kali,” kata Fugen dan Reffet mengakhir pembicaran.