Advertorial
Intisari-Online.com – Ketika sedang merasa lapar, kita bawaannya suka tersinggung dan mau marah terus.
Apa ya hubungan antara perut dan otak? Dan bagaimana cara kita mengendalikan diri?
Ada kaitan erat antara rasa lapar dengan amarah. Tak diragukan lagi. Kalau kita lapar, hati jadi kesal.
Pikiran sulit berkonsentrasi, daya tangkap otak juga menurun, dan tak berprestasi. Mengapa itu terjadi?
(Baca juga: Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)
“Pada saat kita lapar, terjadi penurunan kadar gula darah atau disebut hipoglikemik. Padahal gula darah adalah pemasok energi bagi sel-sel otak. Kalau kadar glukosa darah rendah, otak kekurangan energi,” jelas dr. Nany Djaya, MS., Sp.GK., dokter spesialis gizi di Rumah Sakit Atmajaya, Jakarta.
Apabila sel-sel otak kekurangan glukosa, respons dari serotonin juga lambat. Serotonin adalah hormon yang membuat mood menjadi baik.
Serotonin akan diproduksi kalau kadar gula darah dalam kondisi baik.
Sebuah penelitian di University of Cambridge tahun 2012 yang dirilis di jurnal Biological Psychiatry juga menegaskan hal itu.
Kalau kadar gula darah sangat rendah orang akan merasa mual, pusing, bahkan bisa jatuh pingsan.
Pada kondisi hipoglikemik, serotonin terhambat pengeluarannya sehingga mood memburuk, orang mudah marah.
Untuk meningkatkannya diperlukan makanan yang mempercepat keluarnya serotonin, antara lain cokelat.
Selain itu ada asam amino bernama tryptophan yang bisa membantu munculnya serotonin.
(Baca juga: Soal Urusan Menahan Lapar, Ternyata Wanita Lebih ‘Lemah’ Dibanding Pria)
Pisang dan buah-buahan lain bisa membantu penyerapan tryptophan menjadi lebih baik. Kacang almon juga kaya akan asam amino tryptophan.
Aneka makanan itu memang baik, tapi belum tentu bisa dinikmati semua orang karena cokelat atau makanan dengan kandungan banyak gula, misalnya, berbahaya bagi penderita obesitas.
Jika tidak ingin kesal karena lapar, usahakan makan teratur setiap hari. Kalau perlu sebelum tidur. Jika Anda tidur larut malam, cobalah makan buah.
Tidak perlu takut makan malam di waktu yang larut, asal porsinya tidak terlalu banyak.
Jadi, metode diet yang menyuruh orang puasa sampai delapan jam, kurang tepat sebab mengganggu fungsi pencernaan.
Porsi makan sehari-hari minimal tiga porsi besar dengan satu dua selingan.
Untuk menjaga keseimbangan gula darah, kita harus mengonsumsi karbohidrat kompleks yang terdapat dalam beras merah, beras cokelat, atau putih.
Karbohidrat kompleks berfungsi melepas gula darah pelan-pelan.
(Baca juga: Startup Makanan Israel Ini Mengekstrak Larva Lalat Buah untuk Selamatkan Orang yang Kelaparan)
Jika terlambat sarapan, brunch alias makan mendekati siang, tidaklah dianjurkan. Sarapan itu penting.
Dari penelitian saya pada 550 mahasiswa Fakultas Kedokteran yang berjudul Pengaruh Sarapan Pagi Pada Indeks Prestasi Mahasiswa (2010) yang saya tampilkan di Atmajaya Awards, didapat kesimpulan, mahasiswa yang rutin sarapan pagi memiliki indeks prestasi lebih baik daripada yang tidak sarapan.
Mereka yang tidak sarapan indeks prestasinya kurang.
Jadi, rasa lapar yang dibiarkan tidak hanya membuat marah, tetapi juga mengurangi prestasi. (M. Takdir)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi November 2013)