“Setiap hari keripik kentang habis 2 sampai 3 kuintal. Sekarang pegawai saya 12 pegawai, kalau musimnya ramai kadang 25 sampai orang pegawai, habisnya 7 kuintal,” kata dia.
Untuk berbagi tugas, Ety Subekti bertugas melakukan produksi keripik kentang dan pemasarannya. Sementara Mu’tamir mengurus pertanian. Keripik kentangnya diberi nama Albaeta.
“Omzet normalnya Rp120-150 juta per bulan, kalau lagi ramai bisa Rp400-500 juta,” kata dia.
Pemasaran keripik kentang juga telah merambah kawasan Dieng, Semarang, Yogyakarta hingga luar daerah.
Keripiknya juga sempat dipesan luar negeri, namun dia tidak berani menyanggupi karena belum siapnya bahan baku dalam jumlah yang besar.
Meski sudah sukses, Muktamir berharap pemerintah agar dapat membantu persoalan bibit kentang berkualitas.
Sebab, hasil panen berkualitas tergantung dari bibit dan proses perawatannya.
“Kendala petani disini di bibit. Kami harap pemerintah bisa membantu soal bibit kentang,” tambahnya.
(NAZAR NURDIN)
(Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Ahmad Mu’tamir, Petani Kentang dengan Omzet Ratusan Juta Rupiah")
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR