Advertorial
Intisari-Online.com - Mata berwarna biru sejak dulu menjadi suatu ukuran daya seseorang, yang biasanya terdapat pada aktor/aktris atau model.
Mata berwarna biru hanya sekitar 17 persen dari populasi manusia secara global.
Bagi kebanyakan orang, hampir 80% populasinya, mata biru hanya dapat diperoleh dengan bantuan kontak mata yang berwarna biru atau cangkok selaput mata buatan.
(Baca juga: Tak Puas dengan Operasi Plastik yang Dijalaninya, Wanita Ini Lepas Semua Pakaian di Lobi Rumah Sakit)
Namun kini, kondisi itu akan segera berubah dengan dikenalkannya prosedur baru kedokteran, yang dipelopori oleh perusahaan Stroma Medical di California, Amerika Serikat.
Perusahaan itu menawarkan tehnik baru operasi laser yang bisa mengubah warna mata dari cokelat menjadi biru.
Prosedur operasi laser ini bekerja dengan membuang melanin dari permukaan selaput mata.
Melanin adalah zat warna yang juga memberi warna pada rambut dan kulit.
Nah, hilangnya melanin membuat cahaya masuk dan menyebar di bagian stroma mata.
Stroma adalah lapisan tebal dan terletak di bawah boman yang terdapat dalam kornea mata dan serat-serat itu terlihat dalam cahaya warna mata.
Efek ini serupa dengan penyebaran Rayleigh, di mana gelombang cahaya matahari mengenai molekul kecil di udara dan kemudian menyebarnya, yang membuat atmosfer tampak menjadi biru.
“Prinsip dasar ini adalah bahwa di bawah setiap mata berwarna cokelat adalah mata berwarna biru. Tidak ada pigmentasi mata yang benar-benar biru,” kata Dr. Gregg Homer kepada CNN.
(Baca juga: Terobsesi Jadi Barbie, Pria Ini Lakukan Berbagai Operasi Plastik yang Habiskan Biaya Rp13,5 Miliar)
Ia menambahkan, hanya ada perbedaan antara sebuah mata berwarna cokelat dan sebuah mata berwarna biru adalah lapisan pigmen yang sangat tipis di permukaannya.
Bila lapisan pigmen itu dibuang, kemudian cahaya dapat masuk ke lapisan stroma, serat kecil itu akan melihat sebuah cahaya di mata.
Penyebaran cahaya itu hanya merefleksikan kembali gelombang cahaya yang lebih pendek dan berakhir sebagai warna biru di spektrumnya.
Pengobatan dengan laser ini mengganggu lapisan pigmen yang rapuh pada selaput mata, yang menyebabkan tubuh mulai mengganti jaringannya secara alami.
Prosedur operasi laser ini hanya memakan waktu sekitar 20 detik.
Hanya saja, mata berwarna biru tidak langsung muncul selama beberapa minggu, karena tubuh hanya dapat mengeluarkan pigmen secara bertahap.
“Ini sulit untuk menghindari seseorang menjadi luka dengan laser ini karena energinya sangat lemah. Laser hanya memperbaiki selaput mata dan tidak tidak masuk bagian lainnya dalam mata di mana terdapat syaraf yang memengaruhi pengelihatan,” kata Dr. Gregg Homer.
Stroma Medical ingin mengembangkan prosedur umum yang lebih aman, murah, dan terjangkau, namun belum mendapat persetujuan dari badan regulasi di Amerika Serikat.
(Baca juga: Untuk Tampil Sempurna, Transgender Menghabiskan Rp1 Miliar untuk Operasi Plastik)
Dewan kesehatan perusahaan menyebutkan bahwa penelitian pendahuluan memperlihatkan bahwa operasi itu aman, tetapi sejauh ini hanya 37 pasien yang menjalani pengobatan ini
Sekitar 17 pasien menjalaninya di Meksiko dan 20 pasien dari Kosta Rika.
Perusahaan itu sendiri baru-baru ini menggalang dana untuk mencari investor, tetapi berharap percobaan klinis secara lengkap dapat dilakukan dalam beberapa tahun.
Saat ini, biaya mengubah warna mata cokelat menjadi biru masih sangat mahal, sekitar 5.000 dolar atau setara Rp65 juta.
Industri kedokteran, ilmu kedokteran mata belum menerima sepenuhnya prosedur ini.
Sikap skeptis didasari pada fakta bahwa mata adalah salah satu organ yang paling sensitif dalam tubuh manusia dan prosedur itu tidak bisa mengubahnya.
Saj Khan, seorang ahli kedokteran mata di London Eye Hospital mengatakan kepada CNN, “Perhatian utama akan prosedur apapun yang menyangkut penghilangan pigmen dari dalam mata adalah bahwa pigmen dapat menghambat saluran pengairan teratur pada mata, yang menyebabkan tekanan di dalam mata meningkat. Jika hal ini terjadi cukup sering dan lama bisa menyebabkan terjadinya glaukoma pada pasien.”
Stroma Medical mengklaim bahwa partikel yang dikeluarkan dari prosedur ini sangat kecil untuk menyebabkan glukoma.
Saj Khan membenarkan hal itu, tetapi ia dan dokter lainnya enggan merekomendasikannya.
“Teorinya memang masuk diakal, tetapi tanpa melihat hasilnya dalam jangka waktu lama dan tanpa melihat pasien yang menjalani pengobatan cara ini membuat aku tidak menjalaninya sendiri,” kata Saj Khan.
Namun, Dr. Gregg Homer mengatakan pada CNN bahwa tujuan utama perusahaan bukan mempromosikan mata berwarna biru.
Berdasarkan pengalamannya, kebanyakan orang yang menjalani prosedur itu adalah lebih pada tembusnya warna biru pada mata daripada warna mata menjadi biru.
Orang-orang itu juga selalu bercerita tentang terlihat menjadi muda saat bertemu saudara atau teman yang melihat mata bercahaya.
Teman-temannya itu juga mengatakan betapa indahnya mata mereka.
Mungkin hal itu membuat orang yang menjalani prosedur ini merasa menjadi lebih baik.