Advertorial
Intisari-Online.com -Seorang ayahnya akhirnya dipersatukan kembali dengan putrinya yang diadopsi orang ketika genosida Rwanda.
Leonard Sebarinda, nama ayah itu, kini telah dipertemukan kembali dengan putrinya, Jeanette Chaiapello—setelah serangkaian kemalangan yang mereka hadapi.
Jeanette mengira dirinya yatim-piatu ketika Rwanda dicekam kengerian genosida yang mengoyak negara tersebut.
Jeanetta (yang punya nama asli Beata Nyirambabazi) ditemukan dalam kondisi hidup di antara tumpukan mayat saat ia berusia dua tahun.
Anak itu kemudian dibawa ke gereja bersama saudara kembarnya dan saudara laki-lakinya oleh ibunya. Si ibu mengira mereka akan aman di sana.
Tapi tak lama berselang, ibu dan saudara kandungnya terbunuh saat pejuang Hutu melempar granat dan tombak. Tak hanya ibu dan saudaranya, segenap jemaat yang ada di gereja itu tewas.
(Baca juga:Saat Ayahnya Sedang Berpidato tentang Genosida, eh Putri Presiden Ini Malah Asyik Ber-selfie)
Sementara itu Leonard bersembunyi di lokasi berbeda dengan anak-istrinya. Tapi ini membuatnya terpisah dari anaknya … selama 23 tahun.
Vincent Twizeqimana, salah satu saudara laki-laki Jeanette, menemukannya satu dekade yang lalu.
Jeanette awalnya menolak klaim saudaranya itu. Ia bersikukuh bahwa dirinya yatim-piatu dan sudah tak punya saudara laki-laki.
Tapi Jeanette akhirnya menghubungi Vincent di Facebook dan tes DNA kemudian membuktikan bahwa mereka adalah keluarga.
Bersama suaminya yang orang Italia, Jeanette mengunjungi anggota keluarga di tanah kelahirannya yang menyambutnya dengan upacara tradisional.
“Butuh waktu sampai saya dewasa untuk mulai merenungkan akar Afrika dan orangtua kandung saya,” ujarnya, seperti dilaporkan Metro.co.uk.
Selama genosida Rwanda pada 1994, puluhan anak dikirim ke Eropa untuk menyelematkan mereka.
Tiga tahun kemudian, 92 anak dikembalikan ke Rwanda dari Italia karena intervensi PBB. Meski begitu, ada beberapa yang tetap bertahan walaupun ada permintaan pribadi dari keluarga mereka.