Advertorial
Intisari-online.com - Michael J. Rosenfeld, sosiolog Stanford University,mempublikasikan penelitiannya di AS: internet menempati urutan ketiga sebagai media terpopuler untuk mencari pasangan hidup.
Di Indonesia, kita memang masih kekurangan data penelitian semacam ini. Tapi dari riuhnya media sosial di internet, kita bisa menduga-duga, masyarakat Indonesia juga menuju ke arah sana.
Jeremy Dean, Psikolog University College London,menghimpun beberapa fakta mengenai perjodohan online berdasarkan hasil penelitian di Inggris dan AS.
BACA JUGA:Karena 28 Masih Perawan, Ibuku Memaksaku Berhubungan Seks
1. FOTO LEBIH INDAH DARI ASLINYA
Para pencari jodoh di internet menggunakan foto terbaik yang "lebih indah dari aslinya".
Ini mudah sekali dipahami. Dengan pencahayaan, sudut dan teknik pemotretan yang baik, hasil jepretan memang bisa tampak lebih cantik atau lebih tampan dariaslinya.
Belum lagi rekayasa gambar dengan program semacam Photoshop. Yang berjerawat bisa kelihatan mulus, yang berwajah gelap bisa tampak kinclong, yang centil bisa kelihatan anggun sehingga meningkatkan kemungkinan jatuh cinta di klik pertama.
Tapi sisi buruknya, kadang setelah kedua pihak bertemu, masing-masing merasa kecewa karena kenalannya tidak sesuai dengan yang dibayangkan sebelumnya.
2. KEBOHONGAN TINGKAT MENENGAH
Para pencari jodoh di internet pernah berbohong. Kebohongan memang tidak selalu berupa kebohongan tingkat berat.
Paling sering berupa kebohongan menengah, misalnya menampilkan data profil yang kelihatan lebih bagus dari aslinya.
Internet,dengan sifatnya yang begitu gampang diisi dan diedit, memang memberi kemudahan penggunanya untuk memalsukan data. Internet bisa membuat orang lupa bahwa dia sedang jatuh cinta kepada foto atau tulisan bukan kepada seseorang secara utuh.
"Saat kami bertemu, dia memang secantik fotonya. Tapi setelah menikah, saya baru tahu ternyata dia waria," ini cerita lucu Wolfgang Zober, laki-laki Jerman yang tertipu kenalannya di Facebook, seperti dikutip situs www.ananova.com.
"la jujur mengaku sudah memiliki dua anak. Tapi ternyata ia sebagai bapak, bukan ibu," katanya.
BACA JUGA:Malam Terakhir Mrs Smith Yang Begitu Memilukan
3. UNSUR KESAMAAN MEMPERBESAR PELUANG
Sebagian besar orang memilih calon pasangan berdasarkan unsur kesamaan, misalnya hobi, pendidikan, atau minat. Ini merupakan kecenderungan perjodohan dunia nyata yang tidak banyak berubah di dunia maya.
Ibarat pepatah, enggang sama enggang, pipit sama pipit. Hanya sebagian kecil yang memilih pasangan berdasarkan unsur perbedaan karena dilandasi tujuan ingin saling melengkapi.
4. MEMPERBESAR PERBEDAAN USIA
Dibandingkan perjodohan dunia nyata, perjodohan online memperbesar perbedaan usia dan tempat tinggal antarcalon pasangan.
Sekalipun sebagian orang berpikir seperti Lesna yang mencari pasangan satu daerah, perjodohan online secara umum tetapmemperbesar peluang perbedaan. Ini mudah dipahami karena internet terbebas dari batas geografis.
Orang dari belahan Bumi timur bisa bertemudengan orang dari belahan Bumi barat. Pasangan beda kota, bahkan beda negara makin lazim terjadi.
BACA JUGA:Bangsawan Wanita Tercantik dalam Sejarah Eropa Ini Miliki Rutinitas Kecantikan yang Rumit
5. BERPERILAKU SEPERTI PEMBELI BARANG
Saat memilih calon pasangan, pencari jodoh di internet punya kecenderungan "relationshopping", bersikap seperti pembeli barang.
Seolah-olah mereka sedang melihat katalogproduk. Mereka memeriksa sangat banyak profii hanya untuk memilih sedikit untuk dijajaki, seperti memilih sebungkus cokelat dietalase tokoswalayan.
Millsom Henry-Waring, sosiolog University of Melbourne,menyebut fenomena dunia materialisme ini sebagai kecenderunganorang menganggap calon pasangan sebagai "komoditas" yang nilainya cukup ditaksir lewat satu-dua klik
BACA JUGA:Kok Ada Orang yang Banyak Makan, tapi Tak Pernah Gemuk? Begini Penjelasannya