Di tempat inilah ia pertama kali mendapat pelajaran tentang manajemen rumah sakit. Rumah sakit itu sendiri dibangun oleh dr. Supit yang memiliki jiwa sosial tinggi.
Di Surabaya itu pula, Michael akhirnya bertemu dengan Herlina (47) yang kemudian menjadi istrinya serta tiga anak perempuan: Cielo (17), Cella (15) dan Cellino (13).
Michael hanya sekitar setahun di RS. Gotong Royong. Kemudian ia bekerja di sebuah rumah sakit swasta ternama di Surabaya.
Karena kemampuan berkomunikasinya dianggap bagus, ia ditempatkan di bagian marketing. Di sanalah ia berkesempatan untuk berkuliah S2 di Universitas Airlangga dengan beasiswa.
Karena selama bekerja Michael menunjukkan kinerja yang baik, kariernya semakin hari makin meningkat.
Bahkan, akhirnya masuk dalam jajaran direksi. “Bukan hanya saya, ketiga anak saya sejak lahir sudah mendapat fasilitas istimewa dari tempat kerja saya,” katanya mengenang.
Secara jujur Michael mengakui, selama menjadi pejabat di rumah sakit, dirinya silau dengan kenikmatan dunia.
Kenikmatan yang menutup mata batinnya dari cita-cita untuk menjadi dokter demi kemanausiaan.
“Materi itu membuat mata saya jadi ‘katarak’ dan tidak ingat janji saya semula,” katanya sambil tertawa.
Namun nikmat duniawi itu mendadak berubah 180 derajat. Michael yang semula begitu bahagia dengan materi berlimpah, semua ditinggalkannya dan benar-benar mengabdi untuk kemanusiaan.
Sebuah kejadian membuat jalan hidup Michael berbalik drastis. Suatu ketika dia dihubungi Hana Amalia Vandajani (73), seorang pengusaha.
Hana, sebenarnya ibu rumah tangga biasa yang kebetulan memiliki usaha kitchen set. Namun istimewanya, Hana memiliki jiwa sosil luar biasa dan sangat mencintai kaum papa.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR