Intisari-Online.com - "Hidup itu proses, tidak bisa instan. Segala yang pahit ketika dijalani dengan ikhlas maka akan berbuah manis," itulah sepenggal kalimat yang terucap dari mulut Sutriyani (23), sarjana Pendidikan Fisika Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta dengan IPK 3,49 yang saat ini berjualan jamu keliling.
Berjualan jamu keliling sebenarnya bukanlah pilihan perempuan yang diwisuda pada Desember 2014 ini. Namun, karena setelah wisuda tahun lalu tidak kunjung mendapatkan pekerjaan, anak terakhir dari dua bersaudara ini pun berjualan jamu keliling membantu sang ibu.
"Setelah lulus, saya sih inginnya bekerja jadi guru atau di perusahaan," ujar Sutriyani saat ditemui Kompas.com di rumahnya, di Dusun Samen RT 1, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Jumat (10/4/2015).
Lulus S-1 dalam waktu 3,5 tahun dan mendapat IPK 3,49 tak menjamin Sutriyani mendapatkan pekerjaan dengan mudah.
(Baca juga: Ketika PSK Bergelar Sarjana Psikologi Curhat Soal Pendapatannya yang Turun)
Padahal, niatnya sekolah hingga meraih gelar sarjana adalah agar bisa mendapat pekerjaan dan membahagiakan keluarganya yang selama ini hidup dalam segala keterbatasan.
Setiap kali mendapat panggilan dan menjalani tes, Sutriyani selalu gagal di tahap akhir meski nilai tesnya paling tinggi dibandingkan pelamar-pelamar lainnya.
"Setiap tes kerja, nilai saya tertinggi. Tapi ternyata yang diterima itu lewat bantuan orang dalam dan ada juga yang bayar. Saya enggak punya uang, ya sudah," tegasnya.
Sebelum memutuskan untuk berjualan jamu keliling, Sutriyani juga pernah mencoba bekerja di tempat kenalannya yang berjualan nasi goreng.
Namun, karena waktunya sampai pukul 02.00 WIB, ia pun memutuskan untuk berhenti.
Sambil menunggu mendapat pekerjaan lain, pada bulan Februari 2015 Sutriyani mulai berjualan jamu keliling yang dari tahun 2010 dirintis oleh ibunya.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR