Advertorial
Intisari-Online.com - Aktivitas makan kadang menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan bagi anak.
Terlebih saat anak sakit atau tidak enak badan.
Seringnya, orangtua memberikan distraksi kepada anak supaya makan tanpa sadar.
Misalnya dengan menonton televisi, atau memberikan gadget supaya mengalihkan perhatian anak yang kadang rewel saat disuapi.
Hal ini membuat anak terbiasa merasa waktu makan sebagai ‘kewajiban’.
Padahal seharusnya makan merupakan kebutuhan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Seperti dikatakan dokter spesialis anak, Trully Kusumawardhani, “Proses pembentukan otak anak paling besar berada pada 1000 hari pertama kehidupan dan mencapai 80%.”
Proses pembentukan otak jelas akan dipengaruhi oleh asupan yang diberikan kepada anak.
(Baca juga: Madu Mendongkrak Nafsu Makan Anak)
Ada istilah gut brain axis yang membuktikan adanya ‘komunikasi’ antara otak dengan sistem pencernaan.
Hal ini membuat asupan sangat penting dalam menunjang perkembangan otak bagi anak.
Maka dari itu, orangtua harus memiliki perhatian pada apa yang diasup oleh anak sesuai dengan usianya.
Mulai dari asupan cair seperti air susu ibu (ASI) sampai masa anak harus mengunyah.
(Baca juga: TOGA: Tomat Dongkrak Nafsu Makan Anak)
(Baca juga:Membangkitkan Selera Makan Anak)
Jika sudah tiba masanya anak mengasup makanan, orangtua juga harus memiliki kesadaran untuk memperkenalkan makanan yang mulai padat meski tidak mudah pada awalnya.
Biasanya orangtua akan menghentikan memberi perubahan tekstur pada asupan jika anak malah menjadi rewel dan tidak mau makan.
Misalnya jika biasanya makan bubur, ketika dikenalkan dengan nasi yang lebih kasar, anak tidak mau makan bahkan hingga muntah.
Orangtua menjadi khawatir dan malah tetap memberikan bubur saja padahal sudah waktunya anak makan asupan dengan tekstur lebih kasar.
Sebagian orangtua malah akan memberi susu saja jika anak tidak mau makan.
Padahal hal itu salah kaprah.
Dalam Forum Ngobras, dokter spesialis gizi, Diana Suganda menjelaskan bahwa memberi asupan kepada anak jangan asal kenyang, tapi komposisinya harus seimbang.
“Jangan ganti makanan dengan susu, atau memberikan susu sebelum makan,” jelasnya dalam forum Ngobrol Bareng Sahabat pada 23 Oktober 2017.
Diana juga menyinggung supaya orangtua ‘tega’ mengenalkan rasa lapar kepada anak.
Terlebih saat anak susah makan, jangan mengganti asupan makanan dengan susu.
Susu hanya sebagai pelengkap dan penambah, bukan asupan utama bagi anak yang sudah masanya mengunyah.
Jika dibiasakan memberikan susu saat anak menolak makan, otot oral anak menjadi tidak terbiasa bekerja.
Hal itu tentu akan berdampak diwaktu selanjutnya kelak dan mempengaruhi proses perkembangan.
Memberikan tekstur asupan yang tepat sesuai dengan perkembangan usia anak akan membuat pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi maksimal.
Orangtua juga sebaiknya memberikan pengertian pada anak bahwa makan merupakan kebutuhan dan bukan kewajiban.
Dengan begitu, diharapkan pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi optimal dan menjadi investasi di masa depannya.
(Natalia Mandiriani)