Intisari-Online.com - Pengelola Rumah Batik Andalan yang beranggotakan kaum ibu rumah tangga beralamat di Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Riau mengaku kini sudah mampu menghasilkan omzet Rp300 juta per bulan untuk produk unggulan batik tulis motif "gelombang bono".
"Motif Gelombang Bono telah mendapatkan hak paten, " kata Ketua Kelompok Usaha Rumah Batik Andalan Siti Nurbaya (49) tahun saat dijumpai pada acara Riau Expo 2017, di Pekanbaru, Jumat.
Siti dan teman-temannya yang merupakan mitra binaan PT. RAPP sudah menggeluti batik tulis sejak November 2013.
Usaha kerajinan batik tulis yang mengandalkan kaum ibu ini kini berkembang pesat hingga mampu menghasilkan omzet besar dan menambah pendapatan keluarga.
"Omzet yang didapat dari usaha ini cukup menjanjikan mencapai Rp300 juta per bulannya," imbuh dia.
Ia menjelaskan motif gelombang bono yang diciptakan oleh kelompok yang bermukim di Kerinci itu terinspirasi dari fenomenal alam gelombang bono yang ada di daerah Pelalawan.
"Sebagai salah satu bentuk kecintaan akan batik akhirnya kami mengabadikan gelombang bono sebagai motif batik tulus khas Riau " tuturnya.
Ia menjelaskan untuk selembar kain batik tulis motif gombang bono bisa dihargai Rp200.000-Rp500.000 tergantung bahan dasar kain.
(Baca juga: Ingin Berwirausaha? Jawab Pertanyaan Ini untuk Tahu Ada atau Tidaknya Bakat Wirausaha dalam Diri Anda)
Diakuinya memang harga batik tulus produksi Rumah Batik Andalan ini lebih mahal ketimbang produk batik lainnnya karena pengerjaannya masih manual dan tradisional.
"Rumah Batik Andalan membuat dengan teknik tulis. Hal ini menyebabkan harga batik gelombang bono lebih mahal daripada yang lain di pasaran yang menggunakan teknik printing," tuturnya.
Masih sambung dia kaum ibu yang menjadi anggota kelompok Rumah Batik Andalan kini juga mengembangkan motif lainnya seperti akasia, daun eukaliptus, timun suri dan lakuna.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR