Advertorial
Intisari-Online.com - Bayangkan bila hanya makan telur ayam bisa membantu melawan penyakit berat, seperti kanker.
Inilah yang tengah diupayakan oleh para ilmuwan Jepang.
Mereka menciptakan gen induk ayam yang bisa menghasilkan "telur sakti". Artinya telur ini mengandung obat yang berguna untuk melawan gejala penyakit kronis seperti kanker.
Yomiuri Shimbun melaporkan, Senin (12/10), dengan demikian, biaya pengobatan penyakit berat bisa berkurang.
(Baca juga:Anda Suka Telur Asin? Yuk, Membuat Telur Asin yang Lezat. Ini Resepnya!)
Bila ilmuwan mampu menghasilkan interferon beta yang aman, dengan cara membesarkan induk ayam, harga obat yang saat ini 100.000 yen atau Rp12 juta untuk beberapa mikrogram saja, dapat turun secara signifikan.
Interferon beta adalah sebuah tipe protein yang digunakan untuk mengobati penyakit, termasuk multiple sclerosis dan hepatitis.
Penelitian ini dilakukan oleh ilmuwan di National Institute of Advanced Industrial Science and Technology (AIST) di daerah Kansai.
Mereka memulai prosesnya dengan mengenalkan gen yang memproduksi interferon beta ke dalam sel-sel yang dirintis pada sperma ayam.
Kemudian ilmuwan menggunakan sel-sel ini untuk membuahi telur dan menciptakan induk ayam yang menurunkan gen ini. Ini artinya unggas mampu menelurkan telur yang mengandung agen pelawan penyakit.
Saat ini ilmuwan memiliki 3 ekor induk ayam yang bisa menghasilkan telur dengan kandungan obat. Unggas tersebut hampir setiap hari bertelur.
Ilmuwan berencana untuk menjual obat ini kepada perusahan obat dengan setengah harga. Dengan demikian perusahaan dapat menggunakannya untuk mengawali penelitian bahannya.
Dilansir dari Japan Today, konsumen sepertinya masih harus menunggu lama.
Pasalnya Jepang memiliki regulasi yang sangat ketat sepanjang menyangkut pengenalan produk pengobatan baru atau asing.
Proses penyaringannya biasanya memakan waktu tahunan hingga mendapat hasil yang lengkap.
(Baca juga:Dokter Oklahoma Mengklaim Suntikan Yesus Seharga Rp4 Juta Sanggup Sembuhkan Penyakit Kronis)
Namun, tim peneliti berharap bahwa terobosan teknologi akhirnya akan membantu penurunan harga obat hingga 10 persen dari harga sekarang ini.
Sayangnya, National Institute of Advanced Industrial Science and Technology (AIST) belum mengeluarkan pernyataan resminya.