Advertorial
Intisari-Online.com --Perang asimetris diyakini akan menjadi model peperangan di masa depan.
Perang ini merupakan teknik menyerang musuh atau negara lain dengan menggunakan rudal dan tidak memerlukan banyak tentara.
(Baca juga:Berkebalikan dengan Donald Trump, CIA Sebut Kim Jong-un sebagai Presiden yang Waras
Dengan satu rudal saja, musuh dalam jumlah besar bisa ditumpas dalam waktu singkat—tanpa harus melalui perang konvensional yang saling bertemu untuk saling baku bunuh.
Ancaman serangan rudal nuklir Korea Utara ke Amerika Serikat sebenarnya merupakan taktik perang asimetris yang sedang diterapkan oleh Kim Jong-un. Dan taktik itu, seperti penilaian CIA, merupakan langkah yang cerdas.
Pasalnya kemampuan AS untuk menangkis serangan rudal menggunakan persenjataan anti rudal masih diragukan.
Hingga saat ini belum ada rudal yang diluncurkan Korut berhasil ditembak jatuh, baik oleh sistem pertahanan antirudal milik Korsel, Jepang, maupun AS, yang semuanya menggunakan persenjataan produk AS.
Melihat kenyataan bahwa rudal balistik yang ditembakkan belum pernah dijatuhkan oleh persenjataan antirudal, pada bulan Oktober ini Korut secara terang-terangan akan melakukan uji coba peluncuran rudal balistik lagi.
Rudal itu oleh Korut bahkan diklaim memiliki jarak lebih jauh dan jika diukur bisa menghantam wilayah pantai barat AS.
Peluncuran rudal balistik itu, jika memang dilakukan oleh Korut, menunjukkan bahwa Kim Jong-un memang orang yang cerdas karena sedang berupaya memelihara “politik ketakutan” dan taktik perang asimetris terhadap AS.
Meskipun AS melarang Korut tidak meluncurkan rudal balistik lagi , demikian juga China dan Rusia juga ikut-ikutan melarang, ketiga negara itu saat ini justru sedang mengembangkan rudal balistik berkecepatan hipersonik.
Jika melihat kekuatannya yang lebih dari 5.000 km/jam, rudal ini lima kali lebih cepat dari rudal supersonik.
Tujuan ketiga negara super power membuat rudal hipersonik itu juga sama: untuk mempersiapkan perang asimetrik jika Perang Dunia III meletus.