Advertorial

Tak Mau Kalah gengan Korut, Korsel dan Rusia Juga Ikut-ikutan Luncurkan Rudal Balistik

Ade Sulaeman

Editor

Setelah Korut meluncurkan rudal kedua pada hari Jumat (15/9), Korsel juga langsung bereaksi dengan meluncurkan rudal balistik Hyunmoo.
Setelah Korut meluncurkan rudal kedua pada hari Jumat (15/9), Korsel juga langsung bereaksi dengan meluncurkan rudal balistik Hyunmoo.

Intisari-Online.com - Uji coba peluncuran rudal balitik Korut yang dilakukan pada Jumat (15/9/2017) hingga melintasi wilayah Jepang dan kemudian rudal jatuh di perairan Pasifik menunjukkan bahwa Korut sebenarnya bisa menyerang daratan Jepang kapan saja.

Apalagi setelah mendapat sangsi embargo ekonomi dari PBB untuk kedelapan kalinya Korut yang murka memang telah sesumbar akan menyerang Jepang dan AS dengan rudal nuklir.

Sejatinya tanpa mengancam Jepang pun ketika Korut ingin menguji peluncuran rudal balistiknya, area yang paling memungkinkan untuk dijadikan sasaran jatuhnya rudal adalah perairan Laut Jepang yang lokasinya sebelum daratan Jepang atau perairan Laut Pasifik yang lokasinya sesudah daratan Jepang.

Upaya Korut dalam uji coba peluncuran rudal balistiknya agar tetap jatuh di laut sebenarnya menunjukan bahwa Korut tidak ingin adanya jatuh korban.

Oleh karena itu dengan pola bahwa uji coba peluncuran rudal balistik Korut bukan daratan melainkan lautan maka baik Korsel maupun AS belum berani melancarkan serangan militer ke daratan Korut.

Rudal Korut yang sedang meluncur di udara juga tidak ditembak jatuh oleh persenjataan antirudal yang sudah digelar Jepang mengingat sasarannya bukan obyek di darat melainkan akan jatuh dengan sendirinya di lautan.

Setelah Korut meluncurkan rudal kedua pada hari Jumat (15/9), Korsel juga langsung bereaksi dengan meluncurkan rudal balistik Hyunmoo.

Peluncuran rudal Hyunmoo yang kemudian juga jatuh di Laut Pasifik itu mengisyarakatkan bahwa militer Korsel bisa melakukan serangan balasan dengan rudal kapan saja ke Korut termasuk menghantam tempat persembunyian Presiden Korut Kim Jong Un.

Saling meluncurkan rudal balistik pada saat yang hampir bersamaan itu sebenarnya telah menunjukkan bahwa telah terjadi ‘’perang rudal’’ antara Korsel dan Korut tapi yang jadi target gempuran adalah perairan Laut Pasifik.

Namun di tengah ketegangan saling meluncurkan rudal balistik antara Korsel dan Korut, kapal selam Rusia justru sudah meluncurkan 7 rudal penjelajah ke markas besar dan depot senjata milik ISIS di Suriah pada hari Kamis (14/9/2017).

Gempuran rudal jelajah Rusia yang ditembakkan dari kapal selam sebenarnya merupakan peristiwa yang luar biasa seperti ketika kapal-kapal perang AS meluncurkan 59 rudal Tomahawk ke pangkalan udara Suriah pada bulan April 2017.

Tapi dari fakta bahwa dalam konflik di Suriah kekuatan tempur Rusia dan AS saling berhadapan serta bermusuhan , tampaknya ulah Korut yang suka seenaknya meluncurkan rudal balitik tetap akan berlanjut.

Pasalnya selama Rusia dan AS ternyata masih bermusuhan, militer AS tidak mungkin berani menyerang Korut karena secara otomatis Rusia pasti akan membantu Korut.

Dalam Perang Korea (1950=1953) Rusia dan China spontan membantu Korut karena sama-sama negara berideologi komunis.

AS bahkan sudah menuduh Rusia, bahwa Korut sampai bisa membuat rudal balistik dalam jumlah besar karena dibantu oleh Rusia.

Dengan pertimbangan seperti itu maka sampai saat ini militer AS tetap tidak berani menyerang Korut.

Apalagi ada kemungkinan China juga akan membantu Korut jika Perang Korea sampai pecah lagi.

AS dan China sebenarnya juga tidak akur karena keduanya sedang memperebutkan pengaruhnya di kawasan Laut China Selatan.

Artikel Terkait