Advertorial

Pengamat Politik UI: Setnov Ancaman Golkar Jadi Tidak Populer saat Pilkada

Moh Habib Asyhad

Editor

Laki-laki yang beberapa hari lalu terbaring di RS Premier Jakarta Timur itu akan menjadi ancaman bagi partainya, lebih-lebih saat pemilu atau Pilkada.
Laki-laki yang beberapa hari lalu terbaring di RS Premier Jakarta Timur itu akan menjadi ancaman bagi partainya, lebih-lebih saat pemilu atau Pilkada.

Intisari-Online.com -Setya Novanto memang sudah bebas dari status tersangka korupsi e-KTP.

Ketersangkaannya telah digagalkan dalam sidah praperadilan yang berhasil dimenangkannya.

Meski begitu, pengamat politik Universitas Indonesia, Arbi Santi, menyebut Setnov masih akan tetap menjadi ancaman bagi partai yang sekarang ia pimpin, Golkar.

(Baca juga:Terbiasa dengan Kekuasaan, Golkar Cenderung Pragmatis)

Menurutnya, laki-laki yang beberapa hari lalu terbaring di RS Premier Jakarta Timur itu akan menjadi ancaman bagi partainya, lebih-lebih saat pemilu atau Pilkada.

“Akan ada risiko menolak Novanto dari internal Golkar. Ini partai pasti akan terbelah,” ujar Arbi, seperti dilansir dari Kompas.com.

Ia juga menyarankan supaya Golkar langsung mengganti Novanto selagi ada waktu untuk persiapan Pilkada 2018 dan Pemilu 2019 yang sudah bergulir tahapannya.

“Golkar jangan coba-coba menundanya,” tambahnya.

Tapi apakah dengan mengganti Novanto secepatnya akan menyelesaikan persoalan menguapnya suara Golkar? Tidak serta-merta, tutur Arbi.

“Tentu tidak otomatis. Tapi Golkar punya basis atau pijakan untuk memperbaiki diri dan bisa tumbuh kembali. Itu apabila pengganti Novanto adalah orang yang layak dipercaya,” jawabnya.

Sekjen Partai Golkar Idrus Marham menegaskan bahwa Setya Novanto tetap dipertahankan sebagai ketua umum partai. Hal itu dikuatkan dengan memo yang dikeluarkan sang ketua.

(Baca juga:Setya Novanto, Dulu Jualan Beras, Pernah Jadi Model, Lalu Jadi Pimpinan Golkar, Lalu Ketua DPR, Kini Jadi Tersangka Korupsi E-KTP)

“Novanto kembali memimpin dan sudah juga mengeluarkan memo kepada saya untuk menyampaikan bahwa beliau akan kembali memimpin setelah sakit kemarin dan aktif sebagai Ketum DPP Partai Golkar. Enggak ada masalah,” kata Idrus di Hotel The Sultan, Senayan, Jakarta, Kamis (5/10).

Laki-laki berkacamata itu juga membantah tentang adanya hasil kajian Tim Elektabilitas, termasuk rekomendasi penonaktifan Setya Novanto sebagai ketua umum.

“Pergantian apa? Enggak ada, itu pun enggak ada sama sekali. Tidak ada,” sergahnya, sembari menyebut hasil kajian itu hanya bentuk aspirasi kader tang bisa saja disampaikan oleh siapa pun.

Lebih dari itu, Sekjen juga menegaskan bahwa Novanto dalam keadaan sehat dan siap kembali memimpin partai.

Di sisi lain, tim kajian elektabilitas menyarankan agar Golkar segera menunjuk pelaksana tugas pengganti Novanto. Sebab, elektabilitas Golkar terjun bebas sejak Novanto menjadi tersangka.

Kita tunggu saja, sejauh mana intrik internal di tubuh Golkar berlangsung.

(Baca juga:Inilah yang Menyebabkan Setya Novanto Ditetapkan sebagai Tersangka Korupsi E-KTP)

Artikel Terkait