Advertorial
Intisari-online.com - Pertengkaran, adu pendapat, saling menghakimi, dan pikiran-pikiran negatif memang sulitterbendung.
Tak hanya di media sosial, di dunia nyata sekalipun, banyak orang yang memaksakan pendapatnya sekaligus pula mencela dan mengkritik orang lain dengan penuh kebencian.
Seringkali ketika kita membaca kalimat kasar atau bahkan hinaan dari orang lain, kita menjadi sedih dan kecil hati.
(Baca juga:Orang yang Kuat Mental Tidak Iri dan Membenci Kesuksesan Orang Lain)
Namun, bagi orang yang memiliki pola pikir yang didukung oleh mental yang kuat, tidak akan terpengaruh akan hal ini.
Jika Anda pernah melihat bahwa masih ada orang yang bisa tetap tenang sekalipun dicerca, dihina, bahkan dikomentari secara negatif, bisa dipastikan ia memiliki sikap mental yang kuat.
Dikutip dari Lifehack.org, berikut beberapa alasan mengapa orang yang kuat mental itu tidak merespons kebencian, hinaan, dan komentar jelek secara negatif:
1. Diam adalah jawaban terbaik bagi orang yang suka menfitnah, menuduh, mencaci, dan berkata kasar.
Ia tahu, orang yang banyak bicara tapi minim tindakan tidak pantas merusak kehidupannya.
2. Orang kuat mental sadar, komentar negatif atau hinaan itu hanyalah opini seseorang semata.
Artinya apa yang disampaikan orang itu berasal dari cara pandang si penghina. Ia tidak mau ambil pusing dengan perkataan buruk, lebih baik fokus pada orang-orang yang memberi dukungan positif.
3. Orang kuat mental tahu bahwa kebaikan akan selalu menang.
Sekalipun orang menyerang dengan kalimat dan tindakan yang jahat, tak perlu membalasnya dengan cara yang serupa.
4. Orang kuat mental menyadari bahwa merespons orang-orang yang desktruktif sama saja dengan membiarkan diri dirusak oleh perasaan dan emosi negatif.
Daripada rugi, lebih baik mengabaikan si penghina.
(Baca juga:Komentar Negatif dapat Menurunkan Produktivitas di Tempat Kerja)
5. Orang kuat mental mencari solusi untuk mengatasi masalah.
Ia sadar bahwa dirinya tidak bisa menyenangkan semua orang dan bukan tugasnya pula untuk menyenangkan orang. Sehingga ia akan menghadapi masalah dengan solusi, bukan reaksi.