Mereka melakukan tindakan-tindakan pertolongan darurat dan dilakukan secepat mungkin. Salah satunya adalah dengan mendirikan Rumah Sakit Lapangan di Lapangan Dwi Windu di Bantul.
Tidak hanya itu bantuan dari masyarakat Yogyakarta yang wilayahnya luput dari bencana juga terus berdatangan tanpa henti.
Bantuan ini terus berlangsung sampai tahap rehabilitasi dan rekontruksi dicanangkan baik berupa bantuan tenaga kerja suka rela maupun bantuan logistik lainnya.
Tiap-tiap kelurahan di DIY mengerahkan sukarelawan untuk bergotong royong menangani gempa sambil membawa logistik untuk keperluan tenaga sukarelawan yang dikumpulkan dari para warga.
Sebagian besar sivitas akademika dari berbagai universitas juga mendirikan posko bantuan kemanusiaan. Pusat studi berbagai universitas terlibat dalam dinamika penanggulangan bencana ini.
Peran Pemerintah
Namun seperti penanganan gempa di berbagai tempat dan negara sejumlah masalah tetap muncul sehingga membutuhkan peran pemerintah setempat.
Problem penanganan gempa berupa Lambatnya distribusi bantuan kepada para pengungsi korban gempa segera disikapi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Saat itu Gubernur mengambil langkah taktis dengan memutuskan jalur distribusi tidak lagi melalui Satuan Pelaksana yang berpusat di Pemkab Bantul.
Bantuan langsung didistribusikan ke masing-masing kecamatan. Dari kecamatan, bantuan tersebut didistribusikan ke desa dan dusun-dusun korban bencana.
Upaya untuk melakukan penanganan terhadap korban gempa baik secara material dan psikologis juga terus dilakukan mengingat masyarakat Yogya dan sekitarnya masih merasakan trauma.
Rumor akan terjadi gempa lebih besar dalam waktu dekat bahkan sempat membuat panik sehingga pihak Badan Geologi ESDM terus-menrus melakukan klarifikasi.
Menurut klarifikasi ESDM gempa bumi dengan kekuatan lebih besar dari gempa yang terjadi tidak akan terjadi lagi di wilayah DIY dalam kurun waktu beberapa tahun.
Penduduk aman menempati kembali rumah-rumah yang masih utuh atau hanya mengalami kerusakan ringan. ESDM sampai berkali-kali meyakinkan bahwa tidak akan terjadi gempa lebih besar lagi di Yogyakarta dalam waktu dekat.
Menurut penegasan ESDM saat itu, secara geologis posisi lempeng benua dan samudera yang aktif bergerak dan menyebabkan gempa, telah mencapai keadaan seimbang hingga beberapa tahun.
Sebagian energi yang tersisa sudah dilepaskan di tempat lain dan trend-nya sudah menurun.
Berdasarkan cacatan gempa yang pernah terjadi, gempa besar akan terjadi satu hingga tiga tahun ke depan tetapi tidak bisa dipastikan terjadi di Yogyakarta, melainkan bisa dimana pun di daerah patahan di seluruh dunia.
Namun, gempa berkekuatan 5,9 skala Richter biasanya tidak menimbulkan kerusakan sehebat dampak gempa Yogyakarta dan sebagian daerah Jateng seperti yang terjadi saat itu.
Gempa Yogya dan sekitarnya dirembetkan sesar lama yang sebetulnya sudah tidak aktif.
Sesar memanjang sesuai aliran Sungai Opak dan berlanjut ke arah timur laut sampai wilayah Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jateng.
Dengan pemahaman bahwa gempa besar di Yogya masih perlu waktu lama untuk terjadi maka diharapkan masyarakat Yogya dan sekitarnya sudah tidak trauma lagi.
Cara penanganan korban gempa Yogya yang begitu teratur dan terkoordinasi bahkan menjadi acuan bagi tim SAR tingkat dunia untuk menangani korban gempa di berbagai negara.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR