Koloni Manusia di Mars Dinilai Tidak Masuk Akal

Chatarina Komala

Penulis

Koloni Manusia di Mars Dinilai Tidak Masuk Akal
Koloni Manusia di Mars Dinilai Tidak Masuk Akal

Intisari-Online.com -Sebuah studi independen terbaru dari para peneliti Massachusetts Institute of Technology (MIT) menunjukkan kelemahan mendasar dari proyek ambisius yang merencanakan akan mengirim manusia dan membangun koloni pertama manusia di Planet Mars. Koloni manusia di Mars dinilai tidak masuk akal setelah peneliti MIT mempresentasikan hasil uji kelayakan melalui simulasi yang dilakukan dalam International Astronautical Congress di Toronto, Kanada, beberapa minggu lalu.

Analisis menyebut, kondisi lingkungan Mars yang sulit untuk menanam tanaman penyokong pangan bagi koloni akan menjadi penyebab utama kegagalan misi. Sebagai solusi, memang perlu menaikkan kadar oksigen di udara ke level tertentu. Namun, hal ini justru tidak aman bagi habitat manusia.

Studi yang digawangi oleh Sydney Do, Koki Ho, Samuel Schreiner, Andrew Owens serta Olivier de Weck ini memperkirakan masalah pertama kali muncul pada hari ke-68 misi. Manusia diperkirakan akan mati lemas. Perkiraan itu diperkuat dengan tidak adanya teknologi pembuangan oksigen yang disiapkan Mars One. Studi MIT menilai, bahwakoloni manusia di Marstak sesederhana yang kita kira. Meski begitu, CEO Mars One Bas Landorp menanggapi dengan mengatakan studi tersebut berdasarkan asumsi yang salah. Para peneliti dianggap memakai dokumen perencanaan Mars One—yang merupakan informasi publik— dengan konsep yang terlalu kaku.

"Ada banyak masalah dari hari ini hingga pendaratan di Mars. Namun pembuangan oksigen jelas tak termasuk salah satunya," kata Landorp.

Mars One, sendiri adalah organisasi nonprofit Belanda yang mencetuskan proyek ini. Organisasi ini telah membuka pendaftaran dan masuk pada tahap seleksi orang-orang yang turut serta dalam misi. Meski koloni manusia di Mars dinilai tak masuk akal, Mars One berharappendaratan manusia di Marsdapat terwujud dalam satu dekade ini. (Gloria Samantha/ National Geographic Indonesia)