Intisari-Online.com - Sudah hampir 2 bulan lamanya Afghanistan jatuh ke tangan Taliban.
Namun sejakAfghanistan jatuh ke tangan Taliban, Afghanistan malah tengah menghadapi krisis kemanusiaan terbesar di dunia.
Negara itu mengalami penurunan tajam sejak Taliban merebut kekuasaan pada Agustus 2021 silam.
Wartawan BBC Yogita Limaye dan tim punmelakukan perjalanan ke rumah sakit Médecins Sans Frontires di Herat, di barat negara itu,dan daerah pedesaan di luar kota.
Dan merekamenyaksikan langsung situasi mengerikan di lapangan. Apa yang terjadi?
Dilansir dariBBC pada Selasa (26/10/2021),Afghanistan nyaris tidak bertahan sebelum Taliban mengambil alih.
Namun kini,dana asing yang menopang negeri ini telah dibekukan.
Hal itumenempatkan setidaknya satu juta anak dalam risiko kematian. Diduga 1 dari 5 anak tidak akan selamat.
Di sana,tim bertemu dengan Usman, seorang bayi yang masih berusia 6 bulan.
Ternyata berat badan Usman kurang dari setengah dari berat pada umumnya.
Ayahnya, di antara jutaan orang yang tidak memiliki pekerjaan. Sementara ibu Usman memberi tahu bahwa kembarannya ada di kamar sebelah.
"Rasa sakit yang dia derita, aku juga merasakannya," kata sang ibu.
"Hanya Tuhan yang tahu apa yang saya alami ketika saya melihatnya."
"Dua anak saya menghadapi makan karena kami tidak punya uang."
"Saya ingin dunia membantu orang-orang Afghanistan."
"Saya tidak ingin ibu lain melihat anak-anak mereka menderita seperti ini."
Tempat Usman dirawat adalah satu-satunya rumah sakit sejauh ratusan mil. Di luar, layanan kesehatan publik runtuh.
Hampir seluruh sistem kesehatan di negara ini didanai oleh uang asing. Dansekarang sudah dihentikan.
Di rumah sakit di Herat ini, dokter dan perawat bahkan belum digaji selama empat bulan.
Tidak ada uang untuk membeli perlengkapan medis.
Di luar Herat,tim menemukan orang-orang yang terpaksa melakukan hal yang tidak terpikirkan untuk dapat memberi makan anak-anak mereka.
Salah satunya bayi perempuan ini yang telah dijual oleh keluarganya.
"Anak-anak saya yang lain sekarat karena kelaparan jadi kami harus menjual putri saya," kata ibubayi perempuan yang namanya dirahasiakan.
"Bagaimana aku tidak sedih? Dia adalah anakku."
"Saya berharap saya tidak harus menjual putri saya."
Suaminya biasa mengumpulkan sampah, tetapi itu pun sekarang tidak menghasilkan apa-apa baginya.
"Kami kelaparan. Saat ini kami tidak punya tepung, tidak ada minyak di rumah. Kami tidak punya apa-apa," kata ayah bayi perempuan yang namanya dirahasiakan.
"Putriku tidak tahu seperti apa masa depannya nanti."
"Aku tidak tahu bagaimana perasaan melihat sikap kami. Tapi aku harus melakukannya."
Begitu bayinya bisa berjalan, dia akan dibawa pergi oleh pria yang membelinya.Dia membayar lebih dari setengah dari 500 Dolar AS (Rp7 juta).
Uang itu akanmembuat keluarga si bayi bertahan melewati beberapa bulan.
Tim BBC tahuada keluarga lain di sini yang telah menjual anak-anak mereka.
Bahkan tim berada di sini, ada seseorang mendatangi salah satu tim dan bertanya apakah mereka ingin membelikan anak mereka.
BBC sendiri telah melaporkan penjualan anak-anak ke tim perlindungan anak UNICEF.
Pesan dari BBC adalah negara lain harus berhenti berdebat dan mulai menghadapi rezim Taliban.
Tujuannya agar jutaan orang warga Afghanistan tidak akan menderita kelaparan.