Sehari Menjadi Presiden AS, Joe Biden Sudah Buat Israel Ketar-ketir, Rencananya Ini Bisa Jadi Bumerang Bagi Negeri Yahudi Tersebut

Khaerunisa

Editor

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu - Presiden baru AS, Joe Biden
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu - Presiden baru AS, Joe Biden

Intisari-Online.com - Akhirnya pada 20 Januari 2021 pukul 10.00 waktu setempat, Joe Biden resmi menjadi Presiden Amerika Serikat (AS).

Pelantikan Biden dihelat di Gedung Capitol di Washington DC. Selain Biden, Kamala Harris juga akan dilantik sebagai Wakil Presiden AS.

Acara itu dihadiri sejumlah pejabat tinggi dan tamu undangan.

Datangnya hari pelantikan tersebut tentu telah dinanti-nantikan Iran.

Baca Juga: Resmi Dilantik, Joe Biden Bentuk Pemerintahan Baru, Bagaimana Tanggapan Israel?

Pasalnya, Iran bisa mulai menegosiasikan Kesepakatan Nuklir dengan pemerintahan baru AS.

Seperti diketahui, AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump dan kembali memberlakukan sanksi terhadap negara tersebut.

Terkait kemungkinan kembalinya AS ke Kesepakatan Nuklir Iran, Israel mulai memberikan peringatan keras.

Melansir timesofisrael.com (20/1/2021), Televisi Israel pada hari Rabu melaporkan bahwa Yerusalem memperingatkan kembalinya Amerika ke persyaratan sebelumnya dalam kesepakatan nuklir dengan Iran di bawah Presiden Joe Biden dapat menyebabkan krisis dalam hubungan negara- negara tersebut.

Baca Juga: Hubungan Israel dan China: Seperti Apa Investasi China yang Maju Pesat di Bawah Kendali Xi Jinping di 'Tanah Yahudi' Itu?

Berita Channel 12 mengutip 'seorang pejabat sangat senior Israel' yang mengatakan: "Jika Biden mengadopsi rencana Obama, kami tidak akan membicarakan apa-apa dengannya."

Pejabat itu merujuk pada Rencana Aksi Komprehensif Bersama yang ditandatangani oleh mantan presiden Barack Obama pada 2015, dikenal juga sebagai Kesepakatan Nuklir Iran 2015.

Komentar itu muncul hanya sehari setelah calon Biden untuk menteri luar negeri Antony Blinken berjanji kepada para senator pada sidang konfirmasi bahwa dia akan terlibat dengan Israel dan sekutu Arabnya sebelum masuk kembali ke JCPOA.

Duta Besar Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk AS Ron Dermer telah meminta Biden untuk melakukan hal itu beberapa minggu sebelumnya.

Baca Juga: Masih Timbulkan Masalah Meski Tak Lagi Jadi Presiden, AS Terpaksa Jalankan Taktik Perang Saat Trump Pergi dengan 'Bola Nuklir' Masih Bersamanya

Biden telah menjelaskan bahwa kembalinya JCPOA adalah tujuannya, tetapi dia hanya akan setuju untuk melakukannya jika Iran kembali mematuhi kesepakatan terlebih dahulu.

Presiden baru AS tersebut juga mengatakan dia bermaksud untuk memasuki negosiasi berikutnya untuk mencapai kesepakatan yang "lebih lama dan lebih kuat" dengan Teheran yang juga akan membahas program rudal balistik dan hegemoni regionalnya.

Iran, bagaimanapun, telah mengatakan tidak tertarik untuk mencapai kesepakatan selanjutnya dan juga telah memperingatkan bahwa mereka tidak akan kembali mematuhi JCPOA sampai AS mencabut sanksi terhadap Teheran.

Perdana menteri Israel diyakini mendukung pendekatan yang lebih konfrontatif untuk menangani rencana Biden untuk masuk kembali ke JCPOA, sementara yang lain di lembaga keamanan berpendapat bahwa akan lebih baik untuk mencoba dan menjaga perselisihan dengan pemerintahan baru Amerika di balik pintu tertutup dan mencoba mempengaruhi.

Baca Juga: Kini Beranggotakan 10 Negara, Ini Negara-negara Pertama yang Menjadi Anggota ASEAN, Timor Leste Masih Ditolak

Dikatakan, bahwa Biden menjadi sekuat mungkin di Iran, bahkan jika dia kembali ke kesepakatan.

Sekarang Biden adalah presiden, Netanyahu dijadwalkan untuk mengadakan serangkaian diskusi tentang Iran dengan berbagai badan termasuk Dewan Keamanan Nasional, Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri, Pasukan Pertahanan Israel dan Mossad, media Ibrani melaporkan.

Menurut Channel 12, tema utama dari diskusi tersebut adalah Israel tidak mengizinkan Iran mendapatkan senjata nuklir. Biden mengatakan dia memiliki tujuan yang sama.

Hubungan Israel-Amerika mencapai titik nadir menjelang akhir masa kepresidenan Obama, sebagian besar karena bentrokan Netanyahu dengan pemerintahannya atas kesepakatan Iran.

Baca Juga: Segudang Manfaat Pijat Refleksi, Anda Bisa Gunakan untuk Sembuhkan Ini

Biden berargumen bahwa meskipun dia ingin membahas program rudal balistik Iran dan hegemoni regional, masalah yang paling mendesak adalah program nuklirnya, dan harus ditangani terlebih dahulu.

Sementara Blinken mengatakan pada Selasa bahwa Iran dengan senjata nuklir di samping taktik destabilisasi lainnya lebih berbahaya daripada Iran tanpa senjata nuklir yang mendatangkan malapetaka di kawasan itu.

Para penentang kesepakatan itu berpendapat bahwa itu hanya menunda program nuklir Iran tetapi tidak akan mencegah Teheran mendapatkan kemampuan nuklir.

Dan bahwa perilaku angkuh rezim di kawasan itu sejak kesepakatan ditandatangani membuktikan bahwa itu bukan negara yang dapat dipercaya.

Baca Juga: Patahkan Asumsi Publik Tentang Ketidakpeduliannya, Trump Rupanya Tinggalkan Catatan 'Kejutan' untuk Joe Biden Layaknya Tradisi Pendahulunya, Apa Isinya?

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait