Find Us On Social Media :

Adu Domba Sah-sah Saja kok Dilakukan, di Garut Bahkan Jadi Kebiasaan

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 17 September 2017 | 10:30 WIB

Menambah nilai jual

Bukan domba sembarang domba yang dapat unjuk gigi di arena ini. Ada syarat yang harus dipenuhi, di antaranya sedikitnya domba telah berusia dua tahun, dan giginya sudah tanggal dua.

Syarat wajib lainnya, harus mempunyai tanduk. Alamak, tentu saja. Bukankah tanduk menjadi bagian penting, karena inti dari acara ini sebenarnya adu tanduk?

Kalau domba aduan tak bertanduk, bagaimana pula bentuk pertarungan mereka? Apakah bergulat? Bersilat?

Domba primadona, seperti apa pula sosoknya? Ternyata, dia tidak hanya karena memiliki tubuh kekar, tapi juga harus memiliki tanduk yang indah dan kuat.

Tubuh kekar sang domba, tak seketika bisa diperoleh. Bukan hanya sang domba, pemiliknya pun perlu bekerja keras. Biasanya, si pemilik akan memberi makan domba kesayangannya dengan rumput yang dicampur ampas tahu.

(Baca juga: Saat Pesawat Kargo Milik Singapore Airlines Dipaksa Mendarat di Bali oleh Kentut Domba)

Tak hanya soal makanan, perawatan khusus pun diberikan, agar si domba aduan tampil "cling" di palagan.

Bulu-bulunya sering dibersihkan alias dimandikan. Apalagi, salah satu kriteria penilaian juri ialah keindahan bulunya.

Sekadar bersih rupanya tak cukup memuaskan hati. Agar domba tampak lebih menarik, pemilik domba tak  segan-segan menghias dornbanya.

Benang-benang berwarna dironce serupa bandul, rapi terikat di leher atau tanduk. Kerincingan, pun pantang dilupakan. Manakala domba bergerak, bandul dan kerincingan bergoyang-goyang.

Sang domba pun tampil makin elok. Namanya  juga pertandingan, selain juri ada juga wasit, yang harus gesit terjun ke tengah-tengah arena.