Find Us On Social Media :

Kisah Dokter Militer yang Ditugaskan dalam Misi Trikora untuk Membebaskan Irian Barat: Pernah Harus 'Menukar' Bayi dengan Babi

By Ade Sulaeman, Sabtu, 16 September 2017 | 17:30 WIB

Setelah enam bulan berlatih, kami sudah seperti tentara profesional layaknya. Tapi, meski sudah dilatih berulang-uiang, tetap saja ada yang kacau ketika harus berbaris.

Ketika kaki kiri melangkah maju, pada saat yang sama lengan kiri melenggang ke depan. Gerakannya jadi megal-megol bikin geli, mirip bebek mau bertelur.

Padahal anak kecil pun tahu, orang berbaris 'kan tidak begitu.

Ada lagi yang masih juga amatiran. Kalau mendengar aba-aba balik kanan, dia jadi gugup sehingga terlambat menghitung langkah tu-wa-ga itu.

Tak pelak ia selalu menabrak teman di depannya yang sudah berbalik, ... gabrus!

Dari 115 peserta, saya lulus dengan nomor urut satu. Bukan apa-apa, tetapi karena banyak yang sengaja mengelak jangan sampai masuk kelompok sepuluh besar.

Itu bukan tanpa alasan. Waktu itu Presiden RI Bung Karno, baru saja mengumumkan Trikora (Tri Komando Rakyat) untuk merebut Irian Barat (sekarang Irian Jaya) dari tangan Belanda.

Dengan pangkat letnan satu CDM (Corps Dokter Militer), kami disebar ke daerah, ke pasukan dan sebagainya.

Sementara itu mereka yang termasuk dalam  kelompok sepuluh besar, mendapatkan latihan; tambahan, antara lain terjun payung.

Mungkin meluncur dari tempat ketinggian dengan parasut inilah biangnya. Dasar wamil!

Nyaris telanjang