Find Us On Social Media :

Beringin, (Memang Benar-benar) Simbol Kekuasaan. Dihormati Layaknya Pohon Bodhi

By Ade Sulaeman, Sabtu, 16 September 2017 | 17:00 WIB

Pengorbanan petugas tawon

Di alam bebas, benih beringin berkecambah dari buah masak yang jatuh berserakan di tanah sekitar batang.

Buah bulat sebesar kelereng yang merah kalau sudah masak itu berbeda sekali anatominya dengan buah yang biasa kita kenal.

Buah terbentuk oleh tangkai yang melebar ke samping dan merupakan kantung yang di bagian ujungnya menyempit. Bagian ini merupakan pintu  masuk bagi serangga penyerbuk.

Bunganya tidak terletak di iuar kantung, tetapi di bagian dalam. Deretan bunga betina menempel pada dinding buah di bagian bawah, dan deretan bunga jantan menempel di bagian atas, dekat pintu. Rongga di bagian tengah kosong melompong.

Berkat pengamatan J. Galil dan D. Eisikovitch dari School of Agriculture, Hebrew University, Tel Aviv, terhadap buah ara sikomor Ficus sycomorus yang diserbuki tawon penyengat Ceratosolen arabicus di Magadi,  Afrika Timur tahun 1969, kita sekarang mempunyai gambaran yang jelas bagai mafia bunga-bunga Ficus dibuahi (termasuk ara Eropa Ficus carica yang dibuahi tawon penyengat Blastophaga quadraticeps dan niscaya beringin juga yang dibuahi tawon penyengat jenis lain).

Tiap jenis Ficus memang mempunyai jenis tawon penyerbuk tertentu yang berbeda-beda, tergantung pada jenis Ficus yang dihadapi. Tetapi proses penyerbukannya lebih kurang sama  dengan yang dilakukan tawon Ceratosolen arabicus dalam bunga Ficus sycomorus Afrika itu.

Tawon penyengat betina yang cuma 2 mm panjangnya tertarik oleh bau sedap bunga Ficus yang semerbak melalui pintu buah yang kecil.

Piritu ini begitu sempit, dan dialang-alangi oleh barisan bulu njegrak, sehingga tidak setiap tawon penyengat bisa memasuki buah. Hanya yang degil dan pandai berkelit yang bisa. Biasanya setelah antena, kaki, atau sayapnya patah.

Segera setelah berhasil masuk, tawon betina bertelur dalam bunga betina yang berderet pada dinding buah.

Akibatnya, bunga itu membentuk gal (kutil yang keras dindingnya) sebagai usaha melokalisasi benda yang terasa asing baginya.