Find Us On Social Media :

Beringin, (Memang Benar-benar) Simbol Kekuasaan. Dihormati Layaknya Pohon Bodhi

By Ade Sulaeman, Sabtu, 16 September 2017 | 17:00 WIB

Pohon bodhi tidak ada tumbuh asli di Indonesia, tetapi atas jasa Biku Narada dari Sri Lanka, halaman Condi Borobudur ditanami pohon ini pada tahun 1934.

Di daerah  lain  yang tidak ada pohon bodhi-nya, ya beringin Ficus benyamina itu yang mendapat kehormatan untuk dihormati.

Penghormatan ini dilestarikan oleh penduduk yang lahir kemudian dan sudah menganut agama lain.

Untuk melindungi mata air sebuah desa, misalnya, jangan sampai diinjak- injak dijadikan tempat sembarangan; tetua desa sengaja menanam pohon beringin di dekatnya.

Penduduk yang menghormati pohon itu dengan sendirinya juga menghormati tempat mata air yang hendak dilestarikan itu.

Kepada anak-anak biasanya disampaikan mitos bahwa di antara akar beringin raksasa itu bersemayam ular penjaga mata air yang besar. Jangan main-main dengan mata air itu!

Beringin konstitusi

Di kalangan raja-raja Jawa,  pohon beringin merupakan simbol keabsahan seorang  raja yang dinobatkan dan keraton tempatnya bersemayam.

Itu sudah berlaku sejak Sultan Pajang membangun keraton di sebelah barat Solo dulu, dan menanam pohon beringin di alun-alun depan keraton. Karena dikurung dengan pagar tembok supaya rapi, pohon itu terkenal sebagai wnngin kurung.

Ketika Ki Juru Martani dari Mataram (daerah Yogyakarta sekarang) ingin menghadap Sultan Pajang, ia harus duduk bersila di dekat batang wringin kurung itu.

Baru setelah diketahui oleh Sultan, Ki Juru Martani dipanggil masuk keraton, dan ditanya apa maksud kedatangannya. Ternyata ia memberi tahu bahwa Ki Ageng Mataram yang diangkat Sultan Pajang sebagai raja daerah itu telah wafat.