Find Us On Social Media :

Myanmar yang Banyak Dikritik Terkait Krisis Rohingya, Ternyata Jadi Tempat Lahirnya Maskapai Indonesia

By Ade Sulaeman, Kamis, 14 September 2017 | 18:40 WIB

Intisari-Online.com - Ketika pada 29 Desember 1948 militer Belanda melancarkan agresi kedua ke Yogyakarta tujuannya bukan hanya melumpuhkan pemerintahan RI dengan cara menawan para pemimpin bangsa tapi juga melumpuhkan kekuatan tempur yang dimiliki oleh Indonesia.

Sejumlah pesawat transpor milik RI yang sedang berada di Pangkalan Udara Maguwo (Adisutjipto), Yogyakarta pun berhasil dirampas oleh pasukan Belanda.

Hanya ada satu pesawat yang lolos dari incaran Belanda, yakni DC-3 Dakota RI-001 Seulawah yang ketika Yogyakarta diserbu Belanda, RI=001 Seulawah sedang berada di Calcuta,India untuk menjalani perawatan.

Selain sebagai tempat untuk merawat pesawat RI-001 Seulawah, India juga menjadi tempat pendidikan terbang bagi para kadet penerbang AURI (TNI AU).

Akibat aksi militer Belanda, pemerintah Indonesia yang sedang dalam kondisi darurat karena para pemimpinnya berada dalam pengasingan, jelas tidak bisa menyediakan dana lagi bagi para kadet penerbang AURI dan biaya perawatan pesawat RI-001 Seulawah.

Atas inisiatif seorang tokoh AURI yang sedang bertugas di India, Wiweko Soepono, demi mencari dana maka pesawat RI-001 Seulawah yang sedang ‘’nganggur’’ sebaiknya dibisniskan saja.

Rekan-rekan Wiweko ternyata mendukung gagasannya dan upaya untuk mendirikan usaha bisnis berupa maskapai penerbangan pun mulai dijalankan.

Langkah pertama Wiweko adalah mengontak perwakilan RI di India dan meminta ijin untuk mendirikan usaha penerbangan bernama Indonesian Airways.

Tapi upaya untuk mendirikan Indonesian Airways di India rupanya gagal mengingat India sudah memiliki maskapai penerbangan sendiri, Indian National Airways.

Lalu Wiweko mencoba mengontak rekan-rekannya perwakilan AURI yang berada di Burma (Myanmar) dan ternyata mendapat sambutan bagus.

Kebetulan Burma saat itu sedang membutuhkan transportasi udara karena militernya sedang berusaha keras memadamkan pemberontakkan yang dilancarkan oleh suku Karen.

Untuk mengirim pasukan dan persenjataan ke wilayah yang sedang dilanda pemberontakkan, militer Burma saat itu ternyata belum memiliki pesawat.

Karena kebutuhan transportasi udara begitu mendesak maka pada 20 Januari 1949 ijin Wiweko dan timnya untuk mendirikan maskapai Indonesian Airways di Burma sudah dikabulkan.

Pada 26 Januari 1949, Wiweko dan timnya pun terbang menggunakan RI-001 Seulawah dari Calcuta menuju Rangoon, Burma.

Sejak berada di Burma pesawat RI-001 Seulawah segera memberikan pemasukan uang dollar AS karena hampir setiap hari dicarter oleh militer Burma.

Militer Burma bahkan memberikan bantuan berupa persenjataan untuk dikirim kepada para pejuang RI sebagai tanda ucapan terima kasih.