Find Us On Social Media :

Antara Diet Vegan, Mediterania, dan Keto, Mana yang Terbaik Untuk Jantung?

By Mentari DP, Selasa, 13 November 2018 | 12:30 WIB

Intisari-Online.com – Pembahasan soal diet memang tak pernah ada habisnya.

Dalam sebuah rapat tahunan di American Heart Association, 10 November lalu, isu mengenai diet mana yang paling ideal untuk kesehatan jantung menjadi pembahasan tersendiri.

Meski tak ada jenis diet yang benar-benar unggul, namun para panelis setuju tentang gambaran umum pola diet yang terbaik.

Pola diet tersebut adalah makan banyak sayuran, menghindari makanan olahan, daging olahan, gula, dan meminimalisasi karbohidrat.

Baca Juga : Hubungan Semakin Baik, Korsel Kirim 200 Ton Jeruk ke Korut, Korut Kasih Sepasang Anjing ke Korsel

Pola makan terbaik juga bergantung kepada setiap individu, termasuk bagaimana seseorang bisa patuh pada satu pola diet yang dijalaninya.

Para panelis kemudian secara spesifik membahas tiga jenis diet, yakni vegan, mediterania, dan keto. Mereka kemudian membahas mana yang paling ideal bagi kesehatan jantung.

1. Diet vegan

Diet vegan mengeliminasi semua daging dan produk binatang dalam pola makan kesehariannya dan fokus pada sayur-sayuran.

"Mengganti protein hewani dengan protein nabati bisa menurunkan risiko kematian dan risiko penyakit kardiovaskular."

Begitu diungkapkan Dr. Kim Williams, Kardiolog di Rush University Medical Center, Chicago, Amerika Serikat.

Sejumlah studi juga menunjukkan adanya penurunan risiko penyakit kardiovaskular pada seseorang yang berhenti mengonsumsi daging merah.

Dibandingkan dengan pola diet tinggi daging, diet berbasis tanaman juga bisa menurunkan tekanan darah.

Selain itu diet semacam ini juga terbukti menurunkan level C-reactive protein, penanda peradangan pada tubuh.

Manfaat kesehatan yang sama juga didapatkan oleh mereka yang bahkan tidak menjalani diet vegan.

"Beralih dari makan daging merah olahan ke daging merah biasa akan secara dramatis menurunkan risiko kematian karena penyakit kardiovaskular," kata Williams.

Namun, tak berarti diet vegan sempurna. Diet vegan bisa menyebabkan defisiensi vitamin B12, vitamin yang ada pada produk hewani.

Kekurangan Vitamin B12 bisa mengurangi sel darah merah, atau yang lebih dikenal dengan istilah anemia (yang juga disebabkan kekurangan zat besi).

Selain itu, diet vegan tidak akan bekerja jika kita masih mengonsumsi makanan-makanan yang digoreng.

Baca Juga : Sebelum Meninggal Dunia, Stan Lee Pernah Berjuang Lawan Pneumonia: Ini Fakta-fakta Pneumonia

2. Diet mediterania

Sayuran segar, zaitun, dan ikan adalah bagian dari diet Mediterania yang dapat membantu orang tetap kuat sampai tua.

Diet mediterania memungkinkan kita untuk masih mengonsumsi protein, namun diprioritaskan protein dari ikan.

Extra virgin oil memegang peran penting dalam pola diet yang juga menyertakan kacang-kacangan, sayur-sayuran, buah, dan wine (pilihan).

Mayo Clinic mencatat, diet mediterania telah terbukti mampu mereduksi level kolesterol jahat, dan dianggap mampu menurunkan risiko kematian karena penyakit jantung.

Pada musim panas kemarin, diet ini banyak dibicarakan ketika sebuah studi besar yang mencantumkan manfaat diet mediterania dicabut kembali karena masalah metodologi.

Meski begitu, ilmuwan lainnya menganggap riset lainnya yang ada sudah cukup untuk menunjukkan manfaat dari diet ini.

Dr. Miguel Martínez-Gonzalez, ahli epidemiologi dari University of Navarra Spanyol juga menjadi panelis pada sesi rapat tahunan tersebut.

Ia mencatat, meski tim studi menarik diri dan menganalisa kembali datanya, penemuan secara keseluruhan sudah dianggap benar, bahwa diet mediterania baik bagi kesehatan jantung.

Baca Juga : Bukti Cinta Itu Buta: Pria Asal Jepang Ini Nikahi Sebuah Hologram

3. Diet keto

Diet keto menjadi salah satu diet rendah karbohidrat dan tinggi lemak, dengan jumlah protein moderat.

Dr. Sarah Hallberg, Direktur Medis di Virta Health menekankan, diet keto tetap melibatkan makanan alami, bukan olahan.

Sumber karbohidrat bagi mereka yang menjalani keto berasal dari sayur-sayuran tanpa tepung, kacang dan biji-bijian, buh berry, hingga susu.

Menurut dia, diet keto juga mampu mengurangi faktor risiko penyakit kardiovaskular.

Meski begitu, para pakar memberikan perhatian lebih terhadap mereka yang menjalani diet keto.

Diet keto dianggap paling rentan terhadap kenaikan berat badan, karena dinilai sulit untuk dipatuhi dalam jangka waktu panjang.

Level lemak tinggi dan kolesterol pada diet keto juga berpotensi membahayakan kesehatan jantung.

Makanan alami lebih baik dari olahan

Meskipun para panelis masih terus mendiskusikan pola diet mana yang terbaik, ada kesamaan pendapat di antara mereka.

Intinya, para panelis setuju makanan alami jauh lebih baik daripada makanan olahan.

Maka hal terpenting adalah setiap orang harus fokus pada pola makan sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat pula.

Termasuk dengan memotivasi orang untuk membawa bekal makanan dari rumah dan mengedukasi konsekuensi dari setiap makanan yang dikonsumsi.

Seperti dampak perubahan iklim atau kekerasan terhadap hewan. (Nabilla Tashandra)

(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Diet Keto, Mediterania, dan Vegan, Mana yang Terbaik untuk Jantung?")

Baca Juga : Jangan Remehkan Plak Gigi, Dampaknya Bisa ke Mana-mana Hingga Otak!