Find Us On Social Media :

Anak Kita Gemuk, Itu Sehat Atau Sesat? Begini Penjelasan Ahli

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 13 November 2018 | 08:30 WIB

Momok bernama obesitas

Menurut badan kesehatan dunia WHO, obesitas adalah penyebab utama kematian di dunia. Sekitar 3,4 juta remaja meninggal setiap  tahunnya karena kelebihan berat badan.

Samuel menambahkan, obesitas dini pada anak sangat berbahaya karena menyebabkan diabetes, hipertensi, dan sakit pada lutut.

Pada beberapa kasus, kaki anak juga menjadi bengkok karena tidak kuat menahan beban tubuh yang berlebih.

Saat tidur anak pun menjadi ngorok. Ngorok merupakan sebuah kondisi yang berbahaya.

Ngorok bukanlah tanda tubuh mengalami kelelahan. Hal ini terjadi karena leher anak terlalu tebal tertimbun daging sehingga lidah terdorong ke belakang dan menutup sebagian jalan pernapasan.

Seperti suling yang berbunyi ketika lubangnya ditutup sebagian, itulah yang terjadi ketika anak mengorok.

Akibat dari tertutupnya sebagian lubang pernapasan ini otak tidak mendapat cukup oksigen.

Oleh karenanya anak yang obesitas biasanya mengantuk dan malas di sekolah sebab tak bisa berpikir jernih.

Membiarkan anak tumbuh dengan berat badan berlebih juga memicu diabetes tipe dua.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa 44% penderita diabetes merupakan orang yang obesitas.

Biasanya penyakit ini muncul saat anak mulai menginjak usia sekitar 12 tahun.

Jika sejak kecil  anak sudah mengidap diabetes, selamanya ia akan hidup dengan penyakit tersebut.

Jadi jangan sampai Anda membiarkan buah hati tercinta menderita seumur hidup.

Baca Juga : Pengantin ini Diam-diam 'Bikin Gemuk' Bridesmaid-Nya Karena Takut Kalah Cantik

Aktivitas dan atur pola makan

Meski menakutkan, obesitas bukan tak mungkin dihindari. Penyakit yang satu ini sebenarnya tak sulit untuk dijauhkan dari anak-anak kita.

Caranya tentu dengan melihat penyebab obesitas itu sendiri. Faktor genetik tak bisa diubah. Akan tetapi pola makan dan aktivitas anak bisa diatur oleh orangtua.

Mulai sekarang tambahlah aktivitas anak. Ajak mereka melakukan permainan yang memaksa tubuh untuk bergerak.

Ajak anak melakukan olahraga yang membutuhkan banyak gerak seperti berlari, melompat, dan berenang.

Pada saat yang sama, pola makan anak juga harus dijaga. Akan tetapi pembatasan makan anak juga tidak boleh seenaknya.

Anak masih dalam masa pertumbuhan sehingga kekurangan nutrisi justru dapat membuat tubuh mereka tak bisa tinggi.

“Jika Anda masih ragu-ragu, coba temui dokter dan konsultasikan pola makan ideal untuk anak."

"Biarkan dokter yang menghitung seberapa banyak makanan yang bisa dikonsumsi anak untuk tetap bertumbuh,” ungkap Dr. Samuel.

Diet tanpa salah satu jenis makanan juga tidak disarankan.

“Jangan menghilangkan karbohidrat dari asupan makan anak. Otak dapat energi dari karbohidrat. Jika Anda menghilangkan karbohidrat, anak tak bisa berpikir,” jelas Samuel.

Meski begitu, karbohidrat yang diberikan tentu harus diseleksi. Alih-alih memberikan nasi atau roti putih, coba biasakan anak memakan nasi merah atau roti gandum.

“Diet anak harus seimbang. Karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin semuanya harus lengkap."

"Jadi jangan menghilangkan salah satu jenis makanan pada diet anak,” tambah doktor ilmu gizi tersebut.

Baca Juga : Si Gemuk Enny Bagi-bagi Rahasia Berhubungan Intim Asyik untuk Kaum Bertubuh XL