Penulis
Intisari-Online.com -Kendati dalam kondisi siap berperang melawan AS dan sekutunya, Korea Utara ternyata masih terbuka untuk dikunjungi para wisatawan dari negara-negara Barat.
Bagi para turis AS yang ingin berkunjung ke sana, pemerintah Korut juga tidak melakukan pelarangan meskipun pemeritah AS mulai 1 September 2017 telah melarang warganya berkunjung ke Korut.
Bahkan, secara terang-terangan AS menggambarkan Korut sebagai negara yang sangat berbahaya bagi para wisatawan.
(Baca juga:Kim Jong Un Mengeksekusi Kepala Arsitek Bandara di Pyongyang karena Salah Desain)
Pernyataan AS itu dipicu oleh tewasnya wisatawan asal AS, Otto Warmbier (22) yang pernah ditahan oleh Korut karena dianggap telah melanggar hukum dan kemudian tewas saat dipulangkan ke AS pada bulan Juni 2017 .
Sejak pelarangan itu sejumlah biro perjalanan yang berada di China dan Hongkong yang biasa menerbangkan turis-turis dari Barat memang sudah tidak lagi melayani turis AS yang akan berkunjung ke Korut.
Secara politik Korut memang selalu melancarkan propaganda terhadap rakyatnya agar membenci AS.
Alasan kebencian itu adalah pada Perang Korea (1950-1953), militer AS telah mengakibatkan tewasnya sebanyak 33% rakyat Korut.
Demi mencegah peristiwa pahit itu agar tidak terulang lagi maka Korut juga harus memiliki persenjataan nuklir yang siap digunakan jika sewaktu-waktu harus berperang melawan AS lagi.
Namun kendati rakyat Korut sudah didoktrin untuk membenci orang-orang AS dan warga dari negara-negara sekutu AS, ketika turis dari negara-negara Barat itu sedang berkunjung ke Korut mereka ternyata tidak diganggu warga Korut.
Ketika bertemu wisatawan asing yang sedang berkunjung ke negaranya warga Korut bahkan bersikap ramah dan bersahabat.
Menurut Koryo Tour, agen perjalanan yang biasa menerbangkan turis dari China sejak tahun 1993, setiap tahun ada sekitar 100 ribu wisatawan yang berkunjung ke Korut dan 20% di antaranya adalah warga AS.
Hingga tahun 2017 ini meskipun warga AS dilarang berkunjung ke Korut, Koryo Tour masih optimis jika turis dari sejumlah negara Barat lainnya tetap akan berkunjung.
Meski demikian, jika wisatawan sedang berkunjung ke Korut dan tidak ingin menghadapi masalah memang harus mematuhi hukum dan tata tertib yang diberlakukan di Korut.
(Baca juga:Seperti Korea Utara, China Juga Gemar Uji Coba Rudal Balistik tapi Tak Bikin Gembar)
Larangan yang diberlakukan para turis antara lain tidak boleh memotret fasilitas militer, tidak boleh merusak atau “melecehkan” media, poster, foto dan lainnya yang berfungsi sebagai alat propaganda.
Para turis juga tidak boleh membawa buku atau barang yang bersifa relegius, harus mau menghormati patung atau foto yang merupakan figur para pemimpi Korut baik yang masih hidup atau sudah meninggal, dan lain sebagainya.
Terakhir, para turis itu juga diwajibkan membawa uang kes karena tidak ada satu pun mesin ATM di Korut dan tisu untuk perlengkapan kebersihan diri.