Penulis
Intisari-Online.com – Asyiknya berbelanja di Malioboro tentu melelahkan bukan? Saatnya sejenak bersantai di bawah pohon sekitar Malioboro.
Namun alangkah baiknya berjalan sejenak ke Pasar Beringharjo. Jika lelah, cari dulu es beras kencur yang banyak dijual di seputaran pasar. Konon, minuman ini duludikonsumsi oleh para pedagang pelintas desa.
Memasuki Pasar Beringharjo ada papan nama besar, beraksara jawa. Ramai sekali, rasanya sesak untuk memasukinya.
Di lantai dasar bagian depan, lebih riuh lagi. Banyakterdengar suara tawar menawar pedagang- pembeli. Bahasanya campur aduk antarabahasa Jawa dan bahasa Indonesia.
Batikyang ditawar. Ribuan meter batik yangdijual puluhan pedagang bisa dilihatdi sini. Mulai dari batik cap, batik tulissampai celana pendek batik pun ada.
Tas dan sandal pun ada yang memakai batik,menjadi bagian dari desain. Batik modernbukan hanya selembar kain, tapi sudahmenjadi komoditas yang menarik.
Area penjualan batik terbagi menjadi beberapa los. Tiap losnya dihubungkan dengan jalankecil. Meski harus berdesakan, namunterbayar lunas ketika berhasil menemukanbatik yang diinginkan.
Terus memasuki dalam Pasar Beringharjo, sampai ke sisi timur pasar.Ini merupakan area tempat penjualanember, manik-manik, baju jawa, taskulit, dan berbagai macam pernak-pernikrumah tangga.
Di tengah pasar ada jalankecil yang memisahkan area barat dantimur, sekaligus menghubungkan Jalan Beringharjo dengan kawasan Ketandan, pecinan di Yogyakarta.
Kawasan Ketandanini didominasi oleh pedagang emas yangberderet-deret. Ada juga pedagang emas alakaki lima yang mengadu untung di pinggirjalan.
Ketandan dan penghuninya punyasejarah yang panjang di Pasar Beringharjo.Menjadi bagian dari sejarah ekonomi KotaYogyakarta.
Ketika Keraton NgayogyakartaHadiningrat berdiri, daerah sekitar PasarBeringharjo awalnya hutan beringin.
Karena butuh suatu pasar untukmenunjang sentra ekonomi kerajaanbaru, maka Sultan HamengkubuwonoI membuka pasar kerajaan pertamakalinya di sana.
Segera pergerakanekonomi kawasan Keraton NgayogyakartaHadiningrat bergeliat. Barang bertukar,uang berputar, dan berlangsung sampairatusan tahun kemudian.
Tahun 1925pasar mengalami renovasi besar-besaran.Beberapa area kawasan pasar dipindahsupaya teratur. Salah satunya Ketandan.
(Baca juga:Mampir di Warung Soto Bu Pujo di Pasar Beringharjo)
Meniru moyangnya, para pedagang di Ketandan membuat rumah juga di atastokonya, dikenal dengan ruko – rumahtoko.
Melintasi kawasan Ketandan akanterasa nuansa pecinannya. Lebih terasalagi pada saat Imlek. Lampion dan kertaswarna-warni berdominasi merah akandipasang di sepanjang jalan.
Ingin mencari jamu dan rempah?Naik ke lantai 2. Ada jahe, kunyit, kayumanis, dan berbagai rempah lain yang siapdijual eceran. Beberapa sudah dikemasrapi dalam plastik.
Dijumpai pula produkunik, seperti gula jawa jahe, yaitu gula jawayang dicampur dengan jahe, siap diseduhsebagai minuman. Beberapa pengunjungluar kota justru langsung menuju ke lokasiini jika datang ke Pasar Beringharjo.
Mereka akan membeli grosiran, lalumenjualnya lagi di daerah masing-masing.
Produk jamu dan rempah didatangkan daridaerah sekitar Yogyakarta.
Barang antik juga mendapat tempatdi Pasar beringharjo. Lokasinya di lantai3 dan gang di utara pasar. Ada uangkuno, badik, lonceng, jam antik sampaipatung Buddha dari perunggu.
Sesekaliada piringan hitam dari kelompok musikmasa lalu yang terkenal terselip di raknya.
Berbeda dengan penataan komoditas lain,pada barang antik ada bermacam-macamproduk. Perlu kejelian untuk memilih dankelihaian untuk menawar karena tidak adapatokan harganya.
Pukul 17.00 menjadi akhir keramaianPasar Beringharjo, berganti ketenangan.Pedagang bergegas merapikandagangannya. Lampu kota sekitar pasardan Malioboro pun mulai menyala.
Keramaian berpindah ke sisi barat pasar,tepatnya di depan gerbang yang mulairamai. Bagi para penggemar kulinertradisional, ada gudeg, klepon, cenil, danberbagai macam jajan khas Jogja yang bisadikudap beramai-ramai.
Musik gamelandan gending jawa dari radio yang disetelpara pedagang akan menemani siapa punyang bersedia mengemil sejenak.
Area inijadi pasar kuliner dadakan, hidup hanya dimalam hari.
Berjalan ke arah selatan sedikit, areanongkrong luas di Titik Nol, banyak tempatduduk yang bisa digunakan sebagai tempatmengobrol. Sekantong camilan danobrolan sampai subuh, menyenangkanbukan?
(Baca juga:Batik Oey Soe Tjoen, Ada Ironi di Tengah Puja-puji)
Menuju Pasar Beringharjo:
• Lokasi Pasar Beringharjo adadi pangkal Malioboro, kira-kira300 m dari utara titik nol. KePasar Beringharjo bisa memakaibus Trans Jogja jalur 1 A, 1B,2A, 2B, 3A, 3B. Semuanyamelewati Pasar Beringharjo. Adabeberapa pintu masuk: pintubarat (sisi depan), pintu selatan, pintu utara (lewat Jln. Ketandan),pintu timur (lewat Shopping).
Parkir kendaraan bermotor disisi selatan, lantas menyeberangke pasar. Jika naik jembatanpenyeberangan langsung menujulantai 2. Parkir di atas bisa jugalewat jalan timur pasar.
• Di sisi timur ini juga menjadipintu masuk semua barang kedalam pasar. Mulai padat sejaksubuh sampai sore. Barangdatang, masuk ke dalam, keluarlagi dengan barang lain, meluncurke tujuan masing-masing. Jikaingin memotret, di sinilah tempatterbaik. Tempat terbuka, cahayamelimpah, banyak titik menarik.
Aktivitas pasar tampak hidupdengan latar belakang dokardan becak. Di beberapa gangarea timur ini ada kejutan muralunik yang digambar oleh paraseniman lokal, cocok sebagai latarbelakang foto yang memikat .
(Pernah dimuat di Buku Where To Go Joglo Semar – Intisari)