Find Us On Social Media :

Yuk Membuat Dunia Berharga dan Bersukacita Meski Hanya Sementara

By Moh Habib Asyhad, Senin, 21 Agustus 2017 | 21:00 WIB

Intisari-Online.com – Kaktus berdiri sendirian di padang pasir. Ia bertanya-tanya mengapa benda itu terjebak di antah berantah.

“Saya tidak melakukan apa-apa selain berdiri di sini sepanjang hari,” desahnya.

“Apa gunanya saya? Saya adalah tanaman paling jelek di padang pasir. Duri saya tebal, daun saya kenyal dan keras, kulit saya tebal dan bergelombang. Saya tidak bisa menawarkan keteduhan atau buah berair kepada setiap musafir yang lewat. Saya sama sekali tidak melihat bahwa saya berguna.”

Semua itu terjadi di bawah sinar matahari terik dari hari ke hari. Tanaman kaktus tumbuh lebih tinggi dan lebih gemuk.

Durinya tumbuh lebih panjang dan daunnya semakin tebal, membengkak ke sana-sini sampai tidak halus dan miring. Benar-benar aneh.

“Seandainya saya bisa melakukan sesuatu yang berguna,” desahnya.

Menjelang akhir hari, beberapa elang berputar tinggi di atas kepala. “Apa yang bisa saya lakukan dengan hidup saya?” tanya kaktus.

Entah mendengar atau tidak, elang-elang itu terbang menjauh.

Pada malam hari, bulan melayang ke langit dan melemparkan cahaya pucatnya ke padang gurun.

“Apa yang bisa saya lakukan dengan hidup saya?” tanya kaktus. Tentu saja, bulan hanya menatap dingin saja. 

Seekor kadal merayap, meninggalkan sedikitjejak di pasir dengan ekornya. “Apa yang bisa saya lakukan dengan hidup saya?” tanya kaktus lagi.

“Kau?” sang kadal tertawa, berhenti sejenak.

“Apa yang layak? Mengapa? Kau tidak bisa melakukan apa pun! Lingkaran elang di atas kepala, menelusuri pola-pola halus yang bisa kita kagumi. Bulan menggantung tinggi seperti lentera di malam hari, jadi kita bisa melihat rumah kita menuju pada orang yang kita cintai. Bahkan aku, kadal rendahan, ada yang bisa dilakukan. Aku menghiasi pasir dengan sapuan  kuas yang indah saat aku menarik ekorku. Kau tidak melakukan apa-apa selain menjadi lebih buruk setiap hari.”