Find Us On Social Media :

Hebat, Pria dengan Cerebral Palsy Ini Menghabiskan Waktu 5 Tahun Mengetik Buku Hanya dengan Satu Jari Kaki

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 19 Agustus 2017 | 17:00 WIB

Intisari-Online.com – Perkenalkan Wesley Wee (38) dari Singapura yang terlahir dengan cerebral palsy. Karena itu, ia tidak pernah bisa mengontrol sepenuhnya otot-otot dalam tubuhnya.

Selama hidupnya ia harus menggunakan kursi roda, tidak bisa berpakaian atau makan sendiri. Jadi, mengetik sebuah buku sepertinya jauh kemungkinannya.

Cerebral palsy adalah kondisi gangguan gerakan, otot, atau postur yang disebabkan oleh cedera atau perkembangan abnormal di otak, paling sering terjadi sebelum kelahiran.

(Baca juga: Kejam! Pengasuh Anak Ini Terekam CCTV Sedang Memukuli Anak Asuhnya yang Berkebutuhan Khusus)

Namun ternyata, ketidakmampuan fisiknya tidak bisa menghentikan ambisi pria ini.

Ia menghabiskan waktu selama 5 tahun untuk mengetik setiap huruf dalam bukunya yang menginspirasi, Finding Happiness Against the Odds, dengan satu jempol kaki kanannya.

Untuk diketahui, selama masa pertumbuhannya, Wesley tidak hanya berurusan dengan tantangan akan kondisinya yang cacat. Ia juga harus menghadapi kekerasan dari orangtuanya yang tidak bisa menerima sulitnya merawat seorang anak berkebutuhan khusus.

Seringkali rasa frustasi orangtuanya dilampiaskan kepada putranya itu. Ibunya sering memukul dan berkata: “Kamu tidak ada gunanya, kamu geena (anak yang mati dalam bahasa Hokkien), lebih baik kamu mati”.

Sementara ayahnya menekan dia untuk melakukan hal-hal yang sulit setiap malam, agar dia dapat berjalan dengan normal. Sejak masih bocah Wesley dipaksa menggunakan sebuah alat bantu jalan dan memutari ruangan keluarga sebanyak 10 kali.

Seringkali Wesley tidak bisa menyelesaikan putarannya. Saat itulah sang ayah akan kehilangan kesabarannya, menarik dirinya ke kamar mandi dan mencelupkan kepalanya ke ember penuh air.

Sedikit kenangan masa kecilnya yang bahagia datang dari neneknya, setelah menyadari kekerasan terus menerus yang dialami Wesley.

Sang nenek membawa Wesley ke rumahnya. Ia juga memastikan cucunya itu menerima pendidikan dari Spastic Children’s Association.

Sayangnya, masa bahagia itu tidak berlangsung lama. Wesley dipaksa kembali menghadapi orangtuanya yang kasar.