Memperlakukan Anak Berkebutuhan Khusus Laiknya Anak Biasa dengan Pendidikan Inklusif

Moh Habib Asyhad

Editor

Memperlakukan Anak Berkebutuhan Khusus Laiknya Anak Biasa dengan Pendidikan Inklusif
Memperlakukan Anak Berkebutuhan Khusus Laiknya Anak Biasa dengan Pendidikan Inklusif

Intisari-Online.com -Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah solusi terbaik dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus adalah anggapan yang salah kaprah. Begitulah kira-kira yang diutarakan oleh Wiwied Trisnadi, Project Manager Save the Children/IKEA Foundation. Baginya, cara terbaik memperlakukan anak berkebutuhan khusus laiknya anak biasa, salah satunya adalah dengan pendidikan inklusif.

Pendidikan atau sekolah inklusif menurut William dan Susan Stainback adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Untuk kasus anak berkebutuhan khusus, sekolah inklusif menempatkan anak berkebutuhan khusus, ringan, sedang, dan berat, secara penuh di kelas regular. SLB bukanlah solusi yang tepat untuk mereka.

Cara lain yang coba ditularkan Wiwied kepada khalayak dalam memandang anak-anak berkebutuhan khusus adalah rehabilitasi berbasih masyarakat. Yang paling ditekankan Wiwied dalam poin tersebut adalah perubahan paradigma keluarga dan masyarakat.

Semua anak berbeda satu dengan yang lain. Wiwied menegaskan, semua harus berpartisipasi dalam mengubah sistem yang “salah kaprah ini”. “Intinya, pendidikan untuk semua, dan tidak ada pengelompokan-pengelompoan,” tegas pria berkumis itu dalam acara Save the Children Mendukung Kesetaraan Hak dan Kesempatan bagi Anak-anak Berkebutuhan Khusus.

Selain penerapan sistem pendidikan inklusif, kunci penanganan anak berkebutuhan khusus sejatinya berada di tangan orangtua. Bukan pakar, bukan psikolog kawakan, adalah orangtua yang berperan dalam tumbuh kembang anaknya yang berkebutuhan khusus. “Jadi, jangan kurung anak-anak kita gara-gara ia ‘berbeda’ dengan teman-temannya yang lain,” ujar Wiwied, tegas.