Find Us On Social Media :

Video Ini Menunjukkan Bahwa Dispenser Sabun Pun Bisa Rasis

By Agus Surono, Jumat, 18 Agustus 2017 | 18:20 WIB

Namun, yang lain berpendapat bahwa terlalu jauh mengaitkan ketidakmampuan dispenser ini dengan ras dan keragaman.

Banyak yang mengaitkan dengan memanasnya suhu AS akibat ras akhir-akhir ini. Padahal, menurut beberapa ini bukan masalah sosial, dan orang-orang hanya mencari alasan untuk berkelahi.

Komentar-komentar itu menjadi ajang perdebatan dua pihak yang berseberangan.

Dispenser sabun itu tampaknya berasal dari Shenzhen Yuekun Technology, produsen China. Ketika dibeli dalam jumlah yang banyak, harganya AS$15 (sekitar Rp195 ribu) dan diiklankan sebagai dispenser desinfektan 'tanpa sentuhan'.

DailyMail.com telah menghubungi produsen untuk memberikan komentar. Menurut spesifikasi produk, dispenser ini menggunakan sensor inframerah untuk mendeteksi tangan dan mengeluarkan sabun.

Tidak ada produsen sensor inframerah yang bersedia untuk dimintai komentar, namun diketahui sensor ini memiliki riwayat gagal mendeteksi warna kulit yang lebih gelap karena perancangannya.

Jenis sensor ini bekerja dengan mengukur cahaya inframerah (IR) yang memancar dari benda-benda di bidang pandangnya.

Intinya, dispenser sabun mengirimkan cahaya tak terlihat dari bohlam LED inframerah dan bekerja saat sebuah tangan memantulkan cahaya kembali ke sensor.

Kulit yang lebih gelap bisa menyebabkan cahaya diserap daripada dipantulkan kembali, yang berarti sistem mengartikan tidak ada sabun yang akan dikeluarkan.

“Jika objek pemantul benar-benar menyerap cahaya itu, maka sensor tidak akan pernah dipicu karena tidak cukup cahaya untuk memicunya,” kata Richard Whitney, VP Produk Particle, pada Mic tahun 2015 untuk referensi video viral lain dari ‘dispenser sabun rasis."

(Baca juga: Melawan Rasisme Melalui Lagu)

Jenis teknologi lainnya yang dikaitkan dengan rasisme adalah kecerdasan buatan (AI).