Penulis
Intisari-Online.com – Jajan tradisional khas Betawi yang biasa disebut rangi atau rangin ini sekilas penampilannya mirip kue pancong. Bak pinang dibelah dua.
Warnanya putih dengan sedikit bercak kecokelatan dan bentuk setengah lingkaran yang berjajar sambung-menyambung.
Kita baru akan tahu perbedaannya setelah mencicipinya. Kue rangi lebih kenyal dan lembut.
“Soalnya, kue rangi dibuat dari tepung beras,” ujar Wawan yang telah lama berjualan kue rangi di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan.
Perbedaan itu akan makin mencolok saat penyajian. Kue rangi disajikan dengan olesan saus gula merah yang kental, sedangkan kue pancong dengan taburan gula pasir.
(Baca juga: Sengkulun, Makanan Khas Betawi yang Makin Langka)
“Saus gula ini dibuat dari gula merah dan tepung hunkwe,” tambah Wawan.
Setiap hari Wawan harus menyediakan tak kurang dari 10 butir kelapa untuk adonan kue. Kelapa ini diparut lalu dikukus sampai tanak dan matang.
Selanjutnya kelapa parut yang matang itu dan berbagai peralatan pun siap dibawa dalam gerobaknya yang berwarna merah menyala.
Setiba di pasar, barulah ia mencampur kelapa dengan tepung sagu menjadi adonan, dan kemudian memasaknya bila ada pembeli yang memesan.
Dengan bara api yang bagus dari batok kelapa, adonan kue rangi akan matang hanya dalam lima menit. Satu loyang berisi 12 jajaran kue rangi dan diolesi gula merah. Murah meriah.
(Baca juga: Makna Ketupat dalam Tradisi Betawi)
Selain berjualan di Pasar Mayestik, Wawan rupanya sudah kondang sebagai penjual kue langka khas Betawi. Ia sering diminta berjualan di mal-mal besar di Jakarta, meramaikan acara-acara festival.
Ia juga diminta memasak kue untuk hajata, misalnya resepsi perkawinan, sunatan, atau ulang tahun. Rangi memang termasuk kue tradisional yang rasanya sederhana, tapi bisa bikin kangen.
Saat digigit…. Hmmm gurih, manis, dan wangi…. (Sht/Ron)
(Diambil dari Buku Wisata Jajan Jabodetabek – Intisari)