Find Us On Social Media :

Hidup Layaknya Secarik Kertas Putih, Nilainya Tergantung Tulisan di Atasnya

By Ade Sulaeman, Sabtu, 29 Juli 2017 | 14:00 WIB

Menulis di secarik kertas putih

Intisari-Online.com – Ginny perempuan berpendidikan lumayan yang tidak kunjung mendapat momongan. Fakta yang membuatnya tertekan.

Padahal, satu anugerah absen, di sisi lain, ia memiliki anugerah yang tidak dimiliki oleh banyak orang lain: waktu.

Lucunya , pekerjaan yang diambilnya selalu terbatas pada pekerjaan yang bersifat paruh waktu, yang tidak banyak meminta waktu maupun komitmen.

Ginny selalu kuatir ia tidak akan sanggup. Dia takut tidak bisa, itu saja.

Sebetulnya, ketakutannya tidak terbatas soal pekerjaan. Takut dicopet, kuatir ditodong, dll. Sakit kepala sebelah jadi langganannya. Kata dokter, ia stres.

Suatu hari, pintu pagar rumahnya diketuk cukup keras. Ada seorang  gadis kecil kurus kusam!

Melulu karena rasa keibuan yang besar, hati-hati sekali ia melongok keluar, “Ada apa, Nak?”

Dengan suara pelan dan ragu-ragu, anak itu bertanya, “Tante, apa aku bisa kerja di sini?”

“Kerja? Emang kamu bisa apa?” Ginny menjawab spontan.

Mengetahui ada tanggapan, si cilik semakin antusias, “Kerja apa aja. Aku bisa siram kebun, belanja ke pasar, bantu Tante di dapur, nyapu ….”

Terdorong belas kasihan, Ginny mempekerjakan dia sebagai asisten pembantu.

Walaupun ia diperingatkan oleh banyak kawan dan saudara, “Awas lo, anak itu jangan-jangan suruhan gerombolan penipu yang akan merampok kamu.”