Find Us On Social Media :

Dengan Teknologi Ini Video Hoax Pun Bisa Dibuat. Makin Brutal Saja Media Sosial

By Agus Surono, Kamis, 27 Juli 2017 | 14:00 WIB

Ilustrasi

Intiari-Online.com – Siap-siap menyongsong dunia informasi baru, ketika alat untuk manipulasi video dan audio memungkinkan pembuatan cuplikan berita yang nyaris sempurna, seperti pidato Obama palsu yang sekarang terkenal.

Proyek Synthesizing Obama dari Universitas Washington mengambil audio dari salah satu pidato Obama dan menggunakannya untuk memberi narasi pada video lain yang sama sekali berbeda.

Di zaman Photoshop, filter, dan media sosial, banyak dari kita terbiasa melihat gambar yang dimanipulasi. Misalnya subjek menjadi lebih ramping dan halus.

Namun, ada jenis baru alat manipulasi video dan audio, seiring dengan kemajuan kecerdasan buatan (AI) dan komputer grafis, yang memungkinkan pembuatan sebuah video dengan narasi yang seolah-olah menjadi kebenaran dari ucapan si tokoh.

Apa saja bisa dipelintir dan sulit untuk dikenali bahwa video itu aspal, asli tapi palsu. Inilah masa depan berita palsu.

(Baca juga: Dari Mana Asal Kata Hoax?)

Proyek Synthesizing Obama dari Universitas Washington

Jika sebelumnya kita diwanti-wanti untuk tidak mudah percaya dengan semua yang kita baca, tak lama lagi kita harus mulai mempertanyakan semua hal yang kita lihat dan dengar.

Era video hoax mulai terbuka.

Sejauh ini, sudah ada beberapa tim peneliti yang bekerja untuk menangkap dan menyatukan elemen visual dan audio yang berbeda dari perilaku manusia.

Perangkat lunak yang dikembangkan di Stanford University ini mampu memanipulasi rekaman video orang-orang terkenal dan memungkinkan orang lain untuk berbicara meminjam gerak bibir tokoh tadi secara real time.

Face2Face menangkap ekspresi wajah orang kedua saat mereka berbicara di webcam dan kemudian mengubah gerakan tersebut secara langsung ke wajah orang di video asli. Tim peneliti mendemonstrasikan teknologinya dengan mengumpulkan video dari George W Bush, Vladimir Putin, dan Donald Trump.

Jadi, dengan Face2Face kita bisa meminjam mulut tokoh terkenal atau selebriti.

(Baca juga: Jangan Percaya Hoax, Karena Bikin Hoax Itu Mudah)

Sebuah tim peneliti di University of Alabama di Birmingham sedang mengerjakan peniruan suara. Dengan 3-5 menit cuplikan suara korban - diambil secara langsung atau dari video YouTube atau acara lain – kita bisa menyatukan suara yang dapat menipu manusia maupun sistem keamanan biometrik suara seperti yang digunakan oleh beberapa bank dan smartphone.

Kita kemudian bisa berbicara lewat mikrofon dan perangkat lunak akan mengkonversinya sehingga kata-kata itu terdengar seperti suara yang diucapkan oleh pemilik suara asli - entah itu melalui telepon atau di acara radio.

Perusahaan rintisan asal Kanada, Lyrebird, telah mengembangkan kemampuan serupa, yang katanya dapat digunakan untuk mengubah teks menjadi audiobook yang dibacakan oleh tokoh terkenal atau karakter tertentu dalam video games.

Meskipun niat mereka baik, teknologi voice-morphing yang dikombinasikan dengan teknologi face-morphing dapat digunakan untuk membuat pernyataan palsu yang meyakinkan seolah-olah ucapan tokoh masyarakat.

Di luar berita palsu ada banyak implikasi lainnya, kata Nitesh Saxena, associate professor dan direktur riset University of Alabama di departemen ilmu komputer Birmingham.

(Baca juga: Banyak Hoax Beraroma Pornografi di Internet, Waspadalah!)

"Anda bisa meninggalkan pesan suara palsu yang menyamar sebagai ibu seseorang. Atau mencemarkan nama seseorang dan mengirim sampel audio secara online."

Teknologi morphing ini memang belum sempurna. Ungkapan wajah dalam video bisa tampak sedikit menyimpang atau tidak wajar dan suaranya bisa terdengar sedikit seperti suara robot.

Namun, seiring waktu dan penelitian yang berkelanjutan, akan sampai pada titik ketika sangat sulit bagi manusia untuk mendeteksi kecurangan tersebut.

Terlebih masih ada orang-orang yang diistilahkan sebagai bersumbu pendek. Mudah menerima informasi tanpa menelaah isinya.

Mengingat erosi kepercayaan pada media dan penyebaran berita kebohongan yang merajalela melalui media sosial, penting bagi orang atau lembaga yang berkaitan dengan media untuk meneliti konten yang terlihat dan terdengar seperti asli itu.

Ada banyak cara untuk mengecek kebenaran hal itu. Misalnya siapa yang berada di acara itu, apakah cuaca sesuai seperti yang terjadi pada video itu?

(Baca juga: 2017, ‘Hoax’ Berkurang karena ‘Netizen’ Makin Cerdas)

Orang juga harus melihat pencahayaan dan bayangan di video, apakah semua elemen yang ada dalam bingkai itu adalah ukuran yang tepat, dan apakah audio disinkronkan dengan sempurna, kata Mandy Jenkins, dari perusahaan berita sosial Storyful, yang mengkhususkan diri dalam memverifikasi isi berita

Mungkin bagi lembaga atau orang yang berkecimpung di dunia penyiaran berita bisa menapis video palsu itu, namun bagaimana dengan awam? Terlebih jerat media sosial begitu kuat. Begitu tersebut ke masyarakat, bisa memicu masalah. Bayangkan, misalkan Trump menyatakan perang terhadap Korea Utara.

"Jika seseorang terlihat seperti Trump dan berbicara seperti Trump, mereka akan menganggapnya sebagai Trump," kata Saxena.

Jika berita palsu saja sudah meresahkan masyarakat, apalagi video palsu seperti ini?