Find Us On Social Media :

Ingin Tahu Seberapa Cerdasnya Bayi Anda? Lihat Pupnya!

By Agus Surono, Selasa, 25 Juli 2017 | 19:15 WIB

Ilustrasi

Intisari-Online.com – Tubuh kita merupakan dunia bakteri. Bakteri baik dan jahat bersarang di tubuh kita.

Dari mikroba bola mata yang melawan infeksi hingga bakteri yang mempengaruhi mood yang bersembunyi di saluran pencernaan kita, mereka memiliki pengaruh yang kuat terhadap kehidupan kita sehari-hari - walaupun masih belum jelas bagaimana mekanismenya.

Sebuah penelitian baru yang diterbitkan dalam Biological Psychiatry telah menyelidiki kaitan ini pada bayi.

Secara khusus, tim di Fakultas Kedokteran Universitas Carolina (UNC) ingin tahu apakah kita bisa mengasosiasikan mikrobiom (mikroorganisme pada lingkungan khusus, termasuk di tubuh atau bagian tubuh manusia) usus bayi dengan kemampuan kognitif mereka dalam waktu dekat.

Dengan sampel pup dari 89 bayi usia setahun, para peneliti memprofilkan spesies dan jenis bakteri yang ditemukan di dalamnya.

Sampel dikelompokkan menjadi tiga kelompok yang berbeda: genus Bacteroides tingkat tinggi, genus Faecalibacterium tingkat tinggi, dan genus yang belum bernama dalam keluarga Ruminococcacaea.

(Baca juga: Inilah Lima Jenis Bakteri yang Hidup di Kulit Kita)

Setahun kemudian, para peneliti memberi anak-anak tadi sebuah tes kognitif dasar untuk menentukan kira-kira seberapa pintar mereka. Mereka menggunakan Mullen Scales of Early Learning, serangkaian tes yang menguji kemampuan motorik, kemampuan untuk melihat sesuatu, dan perkembangan bahasa kasar.

Dengan batas yang signifikan, genus Bacteroides mencetak skor lebih tinggi pada tes Mullen dibandingkan dengan dua kelompok lainnya.

Sedangkan mereka yang termasuk genus Faecalibacterium memiliki skor paling rendah.

Selain itu, mereka yang memiliki mikrobiom kurang beragam mengungguli mereka yang memiliki bakteri lebih beragam di pupnya.

 "Kami awalnya memperkirakan bahwa anak-anak dengan mikrobiom yang sangat beragam akan memiliki performa yang lebih baik," kata koordinator Rebecca Knickmeyer, associate professor psikiatri di Sekolah Kedokteran UNC, dalam sebuah pernyataan.