Find Us On Social Media :

Jika Bukan karena Jasa-jasa Sosok Ini, Mustahil Angkatan Udara Turki Bisa Terbangun Sebesar Ini

By Moh Habib Asyhad, Senin, 17 Juli 2017 | 13:30 WIB

Angkatan Udara Turki yang terkenal kebesarannya

Intisari-Online.com - Dari sisi sejarahnya Angkatan Udara Turki telah berdiri sejak lama demikian juga pengalaman tempurnya.

Maka tidak mengherankan ketika pergerakan militer Suriah mulai memasuki perbatasan, militer Turki langsung siaga.  

(Baca juga: Kesaksian Keluarga Aktris Amel Carla yang Terjebak di Bandara Attaturk ketika Kudeta Militer Turki Terjadi)

Ketika dibentuk pada bulan Juni 1909, AU Turki bernama Ottoman Air Force dan beberapa tahun kemudian mulai terlibat di Perang Balkan (1912-1913) dan Perang Dunia I (1914-1918).

Paska PD I, Kekaisaran Ottoman yang berhasil ditaklukan oleh pasukan Sekutu dibubarkan dan semua aset yang berkaitan dengan AU Turki ditutup.

Tapi sejumlah personel AU Ottoman dengan susah payah kembali membangun lagi kekuatan udara dengan pesawat yang tersisa di sejumlah kota seperti Istanbul, Izmir, Konya, Elazig, dan Divarbakir.

Sejumlah unit kekuatan udara yang dibentuk itu ternyata sangat berguna ketika Turki kembali bergolak untuk memperjuangkan kemerdekaannya.

Pada tahun 1921 Turki berhasil meraih kemerdekaannya dan kembali membentuk kekuatan udaranya .

Berkat pemerintahan agresif yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Ataturk mulai tahun 1923, Turki mencanangkan diri untuk memiliki kekuatan udara yang modern.

Akademi AU dan pangkalan baru pun dibangun termasuk reorganisasi personel sementara untuk mendapatkan penerbang dan mekanik profesional, Turki mengirim para personel udaranya untuk belajar langsung di Inggris, Perancis, dan AS. 

Perkembangan pesat pun segera dialami oleh AU Turki.

Pada bulan Juli 1932. Sebagai angkatan udara yang mandiri Turki memiliki pabrik pesawat di Kayseri yang berhasil menciptakan pesawatnya yang pertama pada tahun 1934.

(Baca juga: Misteri Kapal Selam U-BOAT 65 Saat Perang Dunia: Sial Sejak Awal, Berakhir Tragis)

Dalam perkembangan terkini industri dirgantara Turki semakin berkembang dan bernama Turkish Aerospace Industries (TAI).

Pada tahun yang sama juga terbentuk organisasi terjun payung disusul pada tahun 1936 lahir seorang pilot wanita pertama Turki, Sabiha Gokcen.

Dalam kariernya sebagai pilot wanita, Gocken kemudian menerbangkan 22 jenis pesawat tempur dan berhasil membukukan jumlah jam terbang lebih dari 8 ribu jam.

Memasuki tahun 1940 AU Turki telah memiliki lebih dari 500 pesawat tempur dan  menjadi angkatan udara yang paling besar di kawasan Balkan serta Timur Tengah.

Tapi kendati memiliki kekuatan udara yang sangat kut, ketika PD II meletus dan pasukan Nazi Jerman serta Italia berhasil menguasai negara tetangganya, Yunani, Turki yang bersikap netral tidak terjerumus ke medan laga.

Selama satu tahun perbatasan Turki yang dipenuhi tentara Jerman dan Italia tidak membuat Turki gentar. 

Semua pesawat yang dimiliki seperti Spitfire, Curtis Falcon, Westland Lysander, Bristol Blenheim, De Haviland DH-98, P-47 Thunderbolt dan lainnya selalu disiapkan dalam kondisi siaga sambil menjalankan misi patroli rutin di atas udara Bulgaria, Yunani, Laut Aegea, dan pulau-pulau strategis lainnya. 

Paska PD II  Turki yang kemudian bergabung dengan NATO (1952) kekuatan uadaranya terus berkembang dan menjadi kekuatan tiga besar setelah AS dan Inggris.

Pesawat tempur yang dimiliki AU Turki saat itu antara lain T-33A, F-84 F Thunderstreaks, F-100 Super Sabre, F-102 Delta Dagger, dan F-104 Starfighter.

Setelah menahan diri untuk tidak berperang secara tak terduga pada tahun 1974, pasukan Turki yang didukung penuh oleh AU Turki menyerbu dan berhasil menguasai Cyprus Utara sebuah kawasan strategis yang diklaim oleh Yunani sebagai kedaulatannya.

Akibat invasi Turki itu,hingga saat ini dua negara yang sama-sama menjadi anggota NATO itu saling bersitegang dan menggelar alat-alat tempurnya.

Salah satu kekuatan yang digelar Turki adalah puluhan jet tempur F-16 yang secara rutin berpatroli di atas laut Aegea.

Sementara untuk kekuatan daratnya Turki menyiapkan 4.000 tentara dan ratusan tank.

Memasuki tahun 1980 ketika generasi pesawat jet tempur ketiga mulai dioperasikan oleh AS dan Uni Soviet, AU Turki juga tak mau ketinggalan.

Selain membeli ratusan  jet tempur generasi ketiga seperti F-16  AU Turki juga melaksanakan reorganisasi serta mengembangkan pabrik pesawat TAI untuk memproduksi F-16 Fighitng Falcon Block 30/40/dan 50.

Berdasar lisensi dari AS, TAI, juga  pembuat pesawat F-16 Turki versi lokal.

TAI  ternyata tak hanya memproduksi F-16 di dalam negeri namun juga diizinkan oleh AS untuk mengekspornya.

Paling tidak sebanyak 46 unit F-16 buatan TAI telah dibeli Mesir.

Dengan mendapat lisensi dari Lockheed Martin, Turki menjadi lima besar negara di dunia yang bisa memproduksi F-16 Fighting Falcon sekaligus sanggup memperkuat kekuatan udaranya dengan ratusan F-16.

Selain memiliki ratusan F-16 dan kemampuan mengupgrade lewat pabrik pesawat TAI, Turki masih menyimpan ratusan pesawat tempur keluaran tahun 1965 seperti 200 unit F-5 yang dibeli dari berbagai negara seperti AS, Norwegia, Belanda, Lybia, dan Taiwan.

Turki berminat membeli F-5 dalam jumlah ratusan karena pesawat-pesawat tempur buatan AS bisa di-up-grade ke teknologi F-16 di pabrik pesawat TuAF.

Sementara sekitar 200 unit F-4 E yang pernah diterima Turki sejak tahun 1974 juga menjalani program up-grade dan sanggup dioperasikan di medan tempur modern hingga tahun 2020.

Ratusan F-4 E yang sudah di up grade oleh Turki kemudian dinamai F-4E 2020 Terminator.

Dengan kesiapan pesawat tempur yang maksimal, pada tahun 1995 AU Turki dipercaya oleh PBB untuk  menjalani misi tempur Operation Deliberate Force bersama pesawat-pesawat NATO di Bosnia.

Tahun 1999 dua skuadron jet tempur F-16 Turki kembali dikirim ke Bosnia lewat operasi tempur bersandi Operation Allied Force hingga tahun 2006. 

Pada tahun itu juga pemerintah Turki kembali mengucurkan dana sebesar 150 juta dolar AS untuk memperkuat kekuatan udaranya dengan membeli pesawat-pesawat baru.

Persenjataan dan jet tempur terbaru memang sangat dibutuhkan Turki mengingat pada tahun 1998, militer Cyprus mulai menempatkan rudal antipesawat buatan Soviet, S-300.

Memasuki tahun 2000 Turki makin menggencarkan program modernisasi pesawat tempurnya bekerja sama dengan Lockheed Martin untuk menggarap jet tempur paling mutaklhir F-35 Joint Strike Fighter (JFS).

Investasi Turki untuk turut dalam program pembuatan F-35 sekitar 75 juta dollar AS dan penandatangan program kerja sama yang akan dilanjutkan pemebelian 150 F-35 itu telah dilakukan pada bulan Juli 2002.

(Baca juga: Meski Tergolong Tua, Inilah yang Membuat Jet Tempur F-14 Tomcat Iran Masih Tetap Berjaya di Udara Timur Tengah)

Tak hanya fokus pada produksi dan peningkatan jet tempur industri pesawat terbang Turki, Turkish Aerospace Industries, lewat program Phoenix II juga memproduksi heli tempur AS 532 Cougar.

Pada tahun itu pula Turki menandatangani kontrak untuk membeli 4 pesawat peringatan dini senilai 1 milliar dollar AS, Boeing 737-700 Airborne Early Warning & Control. Satu unit Boeing 737 AEW & C dikirim telah dikirim ke Turki pada 4 Juni 2008.

Demi meningkatkan kekuatan tempurnya di masa datang Turki juga telah mengembangkan program mandiri  berupa produksi jet tempur generasi kelima berteknologi siluman (stealth).

Apalagi jet-jet tempur F-35 tidak lama lagi juga akan segera memperkuat kekuatan udara Turki. Dengan kekuatan udara yang demikian mutakhir tidak mengherankan jika AU Turki akan menjadi yang terkuat di kawasan Eropa dan Timur Tengah.