Find Us On Social Media :

Lee Kuan Yew: Kebangkitan Ekonomi Singapura Dimulai dari Keputusan untuk Tidak Memindahkan Patung Stamford Raffles

By Ade Sulaeman, Jumat, 7 Juli 2017 | 18:30 WIB

Lee Kuan Yew, Dipuji Sekaligus Ditakuti

Intisari-Online.com - Saya bertemu Dr. Albert Winsemius, ekonom Belanda yang pernah memimpin tim United Nations Development Programme (UNDP) untuk memberi nasihat mengenai industrialisasi Singapura pada 1960.

Saat itu ia mengajukan dua syarat bagi kesuksesan Singapura: menghapuskan komunisme dan jangan mengusik patung Thomas Stamford Raffles.

Syarat pertama saya setujui karena sesuai dengan visi dan ideologi saya. Tapi syarat kedua?

Mungkin ada benarnya, patung Raffles, pendiri Singapura modern, tak perlu dipindahkan karena menjadi simbol diterimanya warisan Inggris, dan itu secara psikologis berdampak positif.

Kalau Raffles tidak datang pada 1819 dan mendirikan gardu perdagangan, leluhur saya dari Dapu, Propinsi Guangdong, Cina, tidak bermigrasi ke tempat ini.

(Baca juga: Lee Kuan Yew: Singapura Memilih Merdeka, karena Malaysia Hanya Ingin Dikuasai Suku Melayu)

Winsemius menyarankan agar kami membuat kesepakatan pasar dengan Malaysia, sekaligus menawarkan kerja sama perdagangan dengan Indonesia.

Pada saat yang sama kami harus mencari peluang pasar di AS, Inggris, Australia, dan Selandia Baru.

Selagi belum menemukan jenis industri yang akan dipilih, sementara tingkat pengangguran mulai mengkhawatirkan, sebuah perusahaan minuman menawarkan alternatif industri pariwisata.

Maka kami bentuklah Singapore Tourist Promotion Board, dipimpin orang yang tepat pada pekerjaannya, yakni tokoh perfilman Runme Shaw dari Shaw Brothers. Industri mulai bergerak. Kami memberi insentif bagi industriawan lokal untuk membuat kosmetik, minyak goreng, krim rambut, bahkan kapur barus.

(Baca juga: Lee Kuan Yew: Diam-diam Menjalin Kerja Sama dengan Militer Israel dengan Menyebut Mereka 'Orang Meksiko')

Produsen Hongkong dan Taiwan juga kami bujuk untuk memindahkan industri mainan, tekstil, dan garmen. Awalnya sungguh berat. Kawasan industri Jurong seluas 90 ha yang telah menyedot dana sangat besar, tetap sepi.

Kami harus menerima kegagalan karena Singapura tidak punya cukup cadangan air, wilayahnya terlalu sempit untuk menanggung polusi industri dan pencemaran pantai. Kami lantas membentuk Bases Economic Conversion Department yang diketuai menteri Hong Sui Sen untuk mendata dan mengelola semua properti yang ditinggalkan Inggris.

Dok perkapalan di Sembawang digarap, dan belakangan disewa AS untuk perbaikan kapal dengan kontrak AS$4 - 5 juta. Sukses.

Bekas markas tentara Gurkha di Blakang Mati, sebuah pulau kecil di seberang pelabuhan Singapura, atas saran Dr. Winsemius diubah menjadi resor turis Sentosa.

Bekas gua dan gorong-gorong pertahanan di Fort Canning diubah menjadi kawasan bar dan hiburan

Bandara militer Seletar diubah menjadi pelabuhan udara kargo dan terminal pesawat kecil.

Sedangkan bekas pangkalan AU Inggris di Changi diperluas dengan reklamasi menjadi Bandara Internasional Singapura dengan dua landas pacu.

Tangsi militer Pasir Panjang diubah menjadi Universitas Nasional Singapura yang memiliki 26.000 mahasiswa.

Sebuah terobosan besar terjadi pada akhir 1968, saat Texas Instruments memulai industri asembling semikonduktor.

Tak lama kemudian disusul pesaingnya, Hewlett-Packard (HP).

Ketika Cina disibukkan oleh Revolusi Kebudayaan Mao, pelaku bisnis di Hongkong dan Taiwan khawatir dan memindahkan usahanya ke Singapura.

Rupanya, hal itu menjadi tema laporan media massa AS.

Tahun 1970 General Electric (GE) datang dan membangun enam pabrik asembling.

Sampai akhir 1970-an GE menjadi perusahaan paling banyak menyerap tenaga kerja.

Kami yang belum paham industri elektronika hanya mensyukuri satu hal, bidang itu menyapu bersih pengangguran dan mengubah Singapura menjadi pengekspor utama barang elektronik pada 1980-an.

Dalam bisnis perminyakan, kendati tak punya tambang, kami menawarkan fasilitas pengolahan terbaik.

Hasilnya, sampai 1990-an produksi pengolahan kami 1,2 juta barel per hari, nomor tiga terbesar setelah Houston dan Rotterdam.

Sebagai pusat perdagangan minyak pun kami berada di nomor tiga setelah New York dan London.

Kemudian kami pun tumbuh menjadi produsen produk petrokimia terkemuka di dunia, tanpa meninggalkan sektor manufaktur dan elektronika yang juga berkembang ke arah telekomunikasi dan informasi. Membangun pusat keuangan Asia Kegiatan pasar uang dimulai di Zurich pada pukul 09.00, disusul Frankfurt, kemudian London.

Pada sore hari tutup, sementara bursa New York buka. Maka pusat transaksi berpindah dari London ke New York.

Ketika New York tutup pada sore hari, kegiatan pasar San Francisco sudah mulai. Ketika San Francisco tutup pada sore hari, pasar uang dunia berhenti, sampai keesokan harinya pukul 09.00 waktu Swiss.

"Nah, kalau Singapura bisa mengambil alih pasar sebelum San Francisco tutup kemudian memindahkannya ke Zurich sebelum Singapura tutup, akan tercipta kegiatan pasar uang dan perbankan 24 jam nonstop," kata Winsemius. Saya setuju. Sejak 1965 kami sudah punya bekalnya, yakni tekad untuk menjaga nilai mata uang Singapura tetap stabil.

Kami punya otoritas moneter yang punya kekuatan dan wibawa sangat besar untuk mengontrol nilai mata uang dan arus devisa, tapi tidak berhak menerbitkan uang.

Karena semua itu dilakukan dengan kecermatan dan hukum yang ketat, kami mampu mengontrol inflasi dan tak ada alasan untuk mendevaluasi dolar Singapura sampai kapan pun.

Singapura kini nomor empat dalam volume transaksi harian setelah London, New York, dan sedikit di bawah Tokyo. Dalam pandangan saya, kemakmuran tidak cukup ditunggu berlangsung secara alamiah.

Harus ada strategi. Pilihan kami adalah menciptakan masyarakat yang adil, bukan semata-mata makmur.

Untuk itulah kami merancang cara kepemilikan rumah murah bagi warga yang tidak mampu beserta skema kreditnya.

Ada pula sistem tabungan hari tua warisan masa kolonial yang tinggal dimodifikasi saja. (Intisari Desember 2000)