Find Us On Social Media :

Lee Kuan Yew: Kebangkitan Ekonomi Singapura Dimulai dari Keputusan untuk Tidak Memindahkan Patung Stamford Raffles

By Ade Sulaeman, Jumat, 7 Juli 2017 | 18:30 WIB

Lee Kuan Yew, Dipuji Sekaligus Ditakuti

Sampai akhir 1970-an GE menjadi perusahaan paling banyak menyerap tenaga kerja.

Kami yang belum paham industri elektronika hanya mensyukuri satu hal, bidang itu menyapu bersih pengangguran dan mengubah Singapura menjadi pengekspor utama barang elektronik pada 1980-an.

Dalam bisnis perminyakan, kendati tak punya tambang, kami menawarkan fasilitas pengolahan terbaik.

Hasilnya, sampai 1990-an produksi pengolahan kami 1,2 juta barel per hari, nomor tiga terbesar setelah Houston dan Rotterdam.

Sebagai pusat perdagangan minyak pun kami berada di nomor tiga setelah New York dan London.

Kemudian kami pun tumbuh menjadi produsen produk petrokimia terkemuka di dunia, tanpa meninggalkan sektor manufaktur dan elektronika yang juga berkembang ke arah telekomunikasi dan informasi. Membangun pusat keuangan Asia Kegiatan pasar uang dimulai di Zurich pada pukul 09.00, disusul Frankfurt, kemudian London.

Pada sore hari tutup, sementara bursa New York buka. Maka pusat transaksi berpindah dari London ke New York.

Ketika New York tutup pada sore hari, kegiatan pasar San Francisco sudah mulai. Ketika San Francisco tutup pada sore hari, pasar uang dunia berhenti, sampai keesokan harinya pukul 09.00 waktu Swiss.

"Nah, kalau Singapura bisa mengambil alih pasar sebelum San Francisco tutup kemudian memindahkannya ke Zurich sebelum Singapura tutup, akan tercipta kegiatan pasar uang dan perbankan 24 jam nonstop," kata Winsemius. Saya setuju. Sejak 1965 kami sudah punya bekalnya, yakni tekad untuk menjaga nilai mata uang Singapura tetap stabil.

Kami punya otoritas moneter yang punya kekuatan dan wibawa sangat besar untuk mengontrol nilai mata uang dan arus devisa, tapi tidak berhak menerbitkan uang.

Karena semua itu dilakukan dengan kecermatan dan hukum yang ketat, kami mampu mengontrol inflasi dan tak ada alasan untuk mendevaluasi dolar Singapura sampai kapan pun.

Singapura kini nomor empat dalam volume transaksi harian setelah London, New York, dan sedikit di bawah Tokyo. Dalam pandangan saya, kemakmuran tidak cukup ditunggu berlangsung secara alamiah.

Harus ada strategi. Pilihan kami adalah menciptakan masyarakat yang adil, bukan semata-mata makmur.

Untuk itulah kami merancang cara kepemilikan rumah murah bagi warga yang tidak mampu beserta skema kreditnya.

Ada pula sistem tabungan hari tua warisan masa kolonial yang tinggal dimodifikasi saja. (Intisari Desember 2000)