Ketika Istri Anggota ISIS Cemburu kepada Budak Seks Suaminya Gara-gara Gincu

Moh Habib Asyhad

Penulis

Ketika istri anggota ISIS cemburu

Intisari-Online.com -Beberapa istri anggota ISIS yang melarikan diri berterus terang tentang kehidupan mereka. Mereka juga mengaku cemburu kepada para budak seks suami-suami mereka.

Jenan Moussa, seorang reporter untuk saluran televisi berbahasa Arab, bertemu dengan para perempuan dari Raqqa, Suriah.

Ia kemudian menuliskan unek-unek para perempuan itu melalui media sosial.

(Baca juga:Perempuan yang Dipaksa Jadi Budak Seks ISIS Mengaku Tidak Sadar Telah Memakan Bayinya Sendiri yang Dihidangkan dengan Nasi)

Banyak di antara mereka yang kehilangan suaminya, entah karena terbunuh atau tertangkap.

Sebagian dari mereka juga bukan asli Suriah dan sangat ingin kembali ke nagara asalnya.

Menariknya, mereka sama sekali tidak berbicara tentang kebiadaan suami-suaminya. Mereka juga lebih menyoroti sikap “pilih kasih” suaminya kepada para perempuan Yazidi yang dipaksa menjadi budak seks.

Menurut mereka, suami-suami mereka menghabiskan lebih banyak uang untuk membeli gincu alias lipstik perempuan-perempuan tawanan itu.

“Ada banyak ketegangan antara para istri dan para (perempuan yang dipaksa menjadi) budak seks,” ujar salah seorang istri, berwarganegara Lebanon.

“Beberapa istri bahkan memilih menceraikan suami mereka gara-gara itu (gincu). Mereka menghabiskan terlalu banyak uang untuk budak seks mereka, membelikan pakaian dan make-up terbaik, berikut aksesorisnya.”

Salah seorang istri anggota ISIS bilang, ia tak punya kontrol atas dirinya sendiri | Metro.co.uk
Seorang perempuan bilang, bagaimana suaminya punya “aplikasi budak seks” di teleponnya, yang memungkinkan mereka menyebarkan foto perempuan beserta harganya yang berkisar antara 2.000 – 3.000 dolar AS.

Bagi yang masih perawan, harganya mencapai 10 ribu dolar AS (sekitar Rp133,3 juta).

(Baca juga:Sniper Perempuan Yazidi Tembak Mati Komandan ISIS yang Pernah Membuatnya Jadi Budak Seks)

Beberapa perempuan juga berbicara tentang bagaimana mereka menjinakkan Abu Bakar al-Baghdadi, pemimpin ISIS.

“Hanya Baghdadi yang memuaskan saya,” salah seorang perempuan itu bersaksi.

Meski demikian, cuitan-cuitan Moussa juga mengungkapkan kesedihan perempuan-perempuan itu.

“Saya tidak punya kendali atas diri saya sendiri. Saya hidup seperti bayangan,” ujar salah seorang perempuan berwarganegara Tunisia dengan bayinya.

Artikel Terkait