Penulis
Intisari-Online.com -Tak hanya membunuhi warga, kelompok Maute yang terafiliasi dengan juga memaksa para perempuan Marawi, Filipina bagian selatan, menjadi budak seks mereka.
Selain itu, warga sipil yang disandera oleh kelompok itu juga dipaksa menjarah rumah, dan mengangkat senjata melawan pasukan pemerintah.
(Baca juga:Sniper Perempuan Yazidi Tembak Mati Komandan ISIS yang Pernah Membuatnya Jadi Budak Seks)
Keterangan itu disampaikan pihak militer Filipina, berdasarkan pengakuan tujuh warga yang baru berhasil lolos dari penyanderaan di kota dengan penduduk Muslim terbesar di Filipina itu.
Sejumlah sandera ditugasi untuk membawa para teroris yang terluka ke masjid.
Selain itu, sandera perempuan dipaksa menikah dengan anggota kelompok Maute yang merupakan gerombolan teroris yang mengaku setia kepada kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah ( ISIS).
“Inilah yang terjadi di dalam, ini sangat jelas,” kata Jo-Ar Herrera seperti dikutip kantor berita Reuters.
Meski laporan tujuh sandera itu tak bisa diverifikasi, namun hal itu merupakan kisah mengerikan terbaru yang muncul dalam pergolakan yang telah berlangsung selama lebih dari lima minggu.
Beberapa warga yang berhasil lolos dari maut juga mengatakan, mayat penduduk dibiarkan tergeletak di jalan selama berhari-hari.
Sementara, warga sipil terus menjadi perisai hidup bagi para teroris, saat mereka dibombardir oleh serangan udara dan artileri yang kini telah menghancurkan Marawi.
Kemampuan tempur para teroris, akses terhadap senjata berat, dan penggunaan pejuang asing telah menimbulkan kekhawatiran bahwa pertempuran Marawi menjadi awal kampanye yang lebih luas.
Presiden Rodrigo Duterte, yang muncul kembali di depan publik setelah absen selama seminggu, mengatakan, dia sangat sedih atas krisis tersebut dan berjanji Marawi akan dibangun kembali.
Duterte juga mengaku mempunyai sepupu yang menjadi anggota Maute, yang salah satunya telah terbunuh.
(Baca juga:Mengenal Farhana Maute, Wanita Yang Menjadi Ikhwal Mula Perang Marawi)
Duterte meyakini keputusan untuk mengumumkan darurat militer di Mindanao dapat dibenarkan, karena dia tahu persis apa yang akan dilakukan oleh para ekstrimis itu.
"Saya tahu penempatan sniper dan di mana mereka menyembunyikan senjata api mereka," kata Duterte dalam sebuah pidato.
"Saya sudah memiliki gambaran yang lengkap, dan saya tahu itu akan menjadi pertarungan yang panjang.”
Duterte mengatakan, dia mengerti mengapa separatis Muslim telah melawan Pemerintah, namun tidak dapat dapat memahami doktrin radikal yang mereka jalankan.
(Sebelumnya tayang di Kompas.com dengan judul "Teroris di Marawi Paksa Warga Sipil Jadi Budak Seks")