Find Us On Social Media :

Unik! Tak Seperti Umumnya Masyarakat di Indonesia, Lebaran di Lampung Tidak Mengenal Hidangan Ketupat

By Ade Sulaeman, Jumat, 23 Juni 2017 | 19:30 WIB

Membuat Lebaran Berkesan Bagi Keluarga (1)

Rumah yang didatangi pertama biasanya paling banyak kehabisan hidangan. Maklum, sebagian bapak-bapak pasti makan di situ.

Di rumah berikutnya, rombongan juga disuguhi penganan. Namun para tamu biasanya sudah terlalu kenyang untuk makan besar, sehingga biasanya tinggal mencicipi kue saja.

Begitu rombongan para bapak meninggalkan rumah pertama, rombongan bujangan menyusul kira-kira lima sampai sepuluh menit kemudian. Tuan rumah cukup sibuk.

Soalnya, aneka tumpukan piring bekas makan bapak-bapak harus cepat-cepat ditangani untuk bisa dipakai lagi untuk melayani rombongan bujangan.

Rombongan bujangan masih beruntung, karena makanan masih cukup lengkap. Yang celaka rombongan anak-anak yang datang belakangan.

Selain tuan rumah sudah kelelahan, hidangan pun sudah tak lengkap. Jadilah tamu-tamu cilik itu menerima "sisa-sisa" orang tua dan abang-abang mereka.

Pukul 11.00 barulah ada tamu lagi, yakni rombongan para ibu dan gadis-gadis atau kerabat lain kampung.

Ciri khas lain dalam berlebaran di kampung ayah saya adalah kegiatan selepas tengah hari. Sekitar pukul 13.00, sungai yang mengalir di belakang kampung dipenuhi para warga yang kepanasan.

Banyak yang pergi berendam atau berenang/tak peduli dia bapak-bapak; bujangan, anak-anak, ataupun ibu-ibu • (Nazaruddin) .

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Februari 1997)