Find Us On Social Media :

Mengapa Kalimat ‘Syukurlah Cuma…” Itu Begitu Sakti? Kisah Ini Menggambarkannya

By Ade Sulaeman, Kamis, 15 Juni 2017 | 21:30 WIB

Bersyukur Atas Anugerah Hari Ini

Tidak.

Sebagai gantinya, ia mogok di tempat yang tepat, yaitu dari jalan bebas hambatan, dan dari jarak saya bisa berjalan kaki ke tempat ini.

Saya masih bisa mengajar di kelas saya, dan saya bisa menelepon bengkel untuk mengirimkan truk derek lalu menemui saya di kelas.

Jika mobil saya memang dimaksudkan untuk rusak hari ini, tidak mungkin diatur dengan cara yang lebih nyaman.

Mata sekretaris itu terbuka lebar, dan kemudian ia tersenyum. Saya balas tersenyum dan menuju kelas. Dan sekarang saya sampaikan cerita itu di depan mahasiswa saya.”

Saya mengamati enam puluh wajah di ruang kuliah. Sepertinya tidak ada yang tertidur.

Entah bagaimana, cerita saya bisa menyihir mereka. Atau  mungkin itu bukan cerita sama sekali.

Hanya karena dimulai dari pengamatan mahasiswa saya bahwa saya ceria.

Seorang bijak pernah berkata, “Siapa yang bicara lebih keras dari apapun yang bisa dikatakannya?”