Find Us On Social Media :

Mengapa Kalimat ‘Syukurlah Cuma…” Itu Begitu Sakti? Kisah Ini Menggambarkannya

By Ade Sulaeman, Kamis, 15 Juni 2017 | 21:30 WIB

Bersyukur Atas Anugerah Hari Ini

Intisari-Online.com – Pukul 8 pagi saya berada di Universitas. Dengan gembira saya bertanya pada mahasiswa saya bagaimana akhir pekan mereka.

Seorang pemuda mengatakan bahwa akhir pekannya tidak terlalu baik. Ia merasa benar-benar menghabiskan rasa bijaksananya. Pemuda itu kemudian bertanya mengapa saya selalu terlihat sangat ceria.

Pertanyaannya mengingatkan saya akan sesuatu yang pernah saya baca di suatu tempat sebelumnya.

“Setiap pagi saat kamu  bangun, kamu punya pilihan bagaimana kamu bisa melanjutkan kehidupanmu hari itu,” kata saya pada pemuda itu. “Saya memilih untuk ceria. Biar saya beri contoh,” lanjut saya.

Enam puluh mahasiswa lainnya di kelas itu menghentikan obrolan mereka dan mulai mendengarkan percakapan kami.

“Selain mengajar di sini, saya juga mengajar di sebuah tempat kursus, yang jauhnya sekitar tujuh belas mil menyusuri jalan bebas hambatan dari tempat saya tinggal.

Suatu hari beberapa minggu lalu, saya mengemudikan mobil tujuh belas mil ke tempat kursus. Saya keluar dari jalan bebas hambatan dan berbelok. Hanya tinggal seperempat mil lagi menuju tempat kursus. Tapi, tiba-tiba mesin mobil saya mati.

Saya mencobanya, tapi mesinnya benar-benar tidak mau menyala. Saya nyalakan lampu kilat, meraih buku-buku saya, dan berjalan menuju tempat kursus.

Begitu sampai di tempat kursus, saya menelepon bengkel dan meminta mereka mengirimkan truk derek. Sekretaris di kantor menanyakan apa yang telah terjadi.

Ini hari keberuntungan saya, jawab saya sambil tersenyum.

Mobilmu rusak dan hari ini hari keberuntunganmu? Apa maksudmu? tanya sekretaris dengan bingung.

Saya tinggal tujuh belas mil dari sini, jawab saya. Mobil saya bisa saja mogok di sepanjang jalan bebas hambatan.