Find Us On Social Media :

Dijuluki 'Wanita Pincang', Virginia Hall Justru Sukses Jadi Mata-mata yang Bikin Nazi Kalang Kabut

By Tatik Ariyani, Jumat, 2 November 2018 | 13:45 WIB

Awalnya, ia bekerja sebagai juru ketik di Kedutaan Besar AS di Warsaw, kemudian di Konsulat AS di Turki.

Saat berburu dengan teman-temannya di Turki pada 1933 itu lah, Hall terhuyung ketika memanjat pagar kawat dan tanpa sengaja menembakkan senapan ke arah kaki kirinya.

Kembali ke rumahnya di Maryland, Hall mencoba melamar kembali ke Dinas Luar Negeri. Ia kembali ditolak, bukan karena ia adalah wanita, tapi karena kaki Hall telah diamputasi.

Ia pun menyerah dan kembali ke Paris sebagai warga sipil pada 1940 – tepatnya pada malam invasi Jerman.

Hall kemudian menjadi pengemudi ambulans untuk tentara Prancis  selama beberapa waktu. Ketika Prancis menyerah pada Nazi, ia melarikan diri ke Inggris.

Saat menghadiri pesta koktail di London, Hall menggebu-gebu menyatakan kebenciannya pada Nazi.

Tak lama kemudian, ada orang asing yang tiba-tiba memberikannya kartu nama sambil berkata: “Jika Anda benar-benar tertarik menghentikan Hitler, datang dan temui saya.”

Seseorang yang memberikan kartu nama itu ternyata adalah Vera Atkins, pelatih mata-mata Special Operations Executive (SOE) Inggris.

Baca Juga : Kisah Penyelam TNI AL yang Temukan Black Box Lion Air JT 610: Penuh Perjuangan dan Sempat Tidak Yakin

Atkins terkesan dengan pengetahuan Hall tentang wilayah pedesaan Prancis, kemampuan berbahasa asingnya dan keberaniannya yang tidak terlupakan.

2. Mata-mata perempuan yang dibenci Nazi

Pada 1941, Hall menjadi mata-mata perempuan pertama yang ditempatkan di Prancis, lengkap dengan nama dan dokumen palsu sebagai reporter New York Post.

Dengan cepat, Hall membuktikan kemahirannya, tidak hanya menyiarkan kembali informasi yang disebarkan pasukan Jerman, tetapi juga dalam merekrut jaringan mata-mata yang setia di Prancis Tengah.

Misinya dari SOE adalah untuk membuat Eropa ‘terbakar’ dengan sabotase gerilya dan taktik subversi terhadap pasukan Nazi.

Hall sangat terkenal di kalangan pemimpin Nazi sehingga Gestapo menjulukinya “yang paling berbahaya dari semua mata-mata sekutu”.

Ketika Barbie dan Gestapo mulai menyebarkan poster buronan untuk menangkap “wanita pincang”, Hall melarikan diri sejauh mungkin.

Melakukan perjalanan melelahkan sepanjang 50 mil melintasi pegunungan Pyrenees ke arah selatan Spanyol. Udara November kala itu sangat dingin dan alat prostetiknya semakin menyiksa.

Di tempat persembunyian di gunung, Hall melaporkan keadaannya kepada pemimpin di London: bahwa dirinya sehat, tapi alat protestiknya semakin menyulitkan.

Meski begitu, Hall tidak menyerah melawan Nazi. Karena SOE Inggris menolak mengirimnya kembali ke Prancis, Hall kemudian bergabung dengan Office of Strategic Service (OSS), lembaga pendahulu CIA.

Pada 1944, beberapa bulan sebelum invasi D-Day di Normandy, Hall mengendarai kapal torpedo Inggris ke Prancis, dan menyamar sebagai seorang wanita petani berusia 60 tahun.

Dalam salah satu laporan OSS, dikatakan bahwa tim Hall berhasil meledakkan empat jembatan yang menewaskan 150 anggota pasukan Nazi dan berhasil menangkap 500 lainnya.

Setelah perang, Hall dianugerahi Distinguished Service Cross, salah satu penghargaan militer tertinggi AS atas keberaniannya dalam pertempuran. Hall menjadi satu-satunya perempuan yang menerima penghargaan tersebut selama Perang Dunia II.

Kembali ke tanah airnya, ia kemudian lanjut bekerja bersama CIA hingga pensiun di usia 60. Hall meninggal pada 1982.

Baca Juga : Makan Telur 6 Butir dalam Seminggu Diklaim Bisa Perpanjang Usia, Ini Penjelasannya!

Artikel ini pernah tayang di nationalgeographic.grid.id dengan judul "Virginia Hall, Mata-mata Perempuan Paling Berbahaya di Perang Dunia II"